https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Berbuka dengan Bangun Matematika

Ramadhan bukan hanya syahrus shiyam (bulan puasa), tetapi juga bulan ilmu. Rata-rata pondok pesantren mengisi bulan mulia ini dengan kegiatan yang tak kalah mulianya, yaitu mengkaji dan mengkhatamkan beberapa kitab.

Ramadhan dikenal juga dengan bulan kuliner. Saking istimewanya, sepanjang bulan ini pun disambut dengan menu-menu yang jarang dijumpa di hari biasa.

Perpaduan mencari ilmu dan menyiapkan menu ini pun tercium hingga di kota kita, Palembang. Banyak  orang mengatakan bahwa orang Palembang itu hebat. Kapal selam dimakan.

Kataku, orang Palembang bukan hanya hebat, tetapi juga cerdas. Sejak dini, orang tua telah memperkenalkan anak-anak mereka dengan bangun-bangun Matematika.

Lihatlah lenjer, salah satu varian pempek. Bentuknya bagai silinder atau tabung, kan. Anak-anak SD pun bisa menemukan contoh silinder dengan cepat jika terkoneksikan dengan makanan karena itu yang mereka jumpai sehari-hari.

BACA JUGA : Orang Minang Dongkrak Ekonomi Sumsel

Mau contoh bentuk bulat, anak-anak tidak hanya menyebutkan bumi, mereka bisa merujuk pada pempek adaan. Varian yang ini sangat digemari tua, muda, hingga kanak-kanak.

Lain lagi dengan bundar. Bentuk ini tak hanya terbayangkan melalui benda yang abstrak. Anak-anak bisa mencontohkan melalui pempek kulit yang memang rata-rata berbentuk bundar, seperti halnya uang receh, koin, dan meja yang bundar.

Jika mencari contoh bangun segitiga, kita bisa sajikan pempek tahu dan model yang rata-rata berbentuk segitiga. Dahulu, ulama tak hanya mahir berdakwah di bidang agama. Mereka pun ahli berbagai ilmu.

Sebut saja enam tokoh ulama sekaligus ahli Matematika yang sangat terkenal, yaitu

1) Aljauhary, 2) Abu Kamil Syuja, 3) Khusiyar Ibn Laban, 4) Alkhawarizmi, 5) Abu Wafa Albuzjani, dan 6) Alkhujandi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan