Rumah Impian untuk Penyandang Disabilitas, BTN Wujudkan Program 3 Juta Rumah

PASANG KERAMIK: Eko Handoko, penyandang disabilitas rungu wicara memasang keramik sendiri teras rumahnya. -foto: redni/sumeks-
Tenor kreditnya disetujui 20 tahun dengan suku bunga flat 5 persen, bebas premi dan PPN, dan angsuran Rp1,050 juta per bulan. Khusus rumah tapak, Eko juga menerima subsidi bantuan DP dari pemerintah Rp4 juta. “Semoga ini menginspirasi banyak orang, khususnya kaum disabilitas agar tidak patah semangat memiliki rumah impian,” tutup Rizka. Akhir tahun lalu, Eko dan istri pun akad kredit ke Bank BTN Palembang.
“Sudah nyicil 3 bulan, potong gaji dari rekening BTN. Angsurannya Rp1 juta per bulan, masih terjangkau dengan gaji saya,” lanjut Eko lagi. Namun saat ini keluarganya belum pindah ke rumah baru, Eko menunggu sampai anaknya Achmad Sakinata masuk SMP pertengahan tahun 2025 mendatang.
Rohani menambahkan selama ini suaminya bekerja menjaga toko CV Batu Alam, bantu bersih-bersih, mengecek stok barang, mengangkat batu alam jika ada pesanan konsumen. Di sela itu, Rohani mengurus rumah tangga, mengasuh anak perempuannya yang berusia 8 bulan di gudang. Sementara anak pertamanya, Sakinata menginjak kelas 6 SD, setiap pagi pergi ke sekolah.
Ia bersyukur anaknya hidup normal setelah sering berinteraksi dengan karyawan toko dan teman-teman. “Saya selalu berdoa kepada Allah SWT supaya mempunyai rumah untuk merawat anak saya dengan layak,” kata Rohani. Sakinata ikut berbahagia, orang tuanya kini memiliki rumah sendiri. “Tetap semangat karena hidup nggak cuma tentang hari ini,” kata Sakinata yang berharap segera pindah usai lulus SD.
BACA JUGA:Kesetaraan dan Inklusivitas bagi Disabilitas
BACA JUGA:Nasabah BRI Nikmati Kemudahan Tarik Tunai, Termasuk Saat Mudik ke Dusun
Spv PT Anugerah Wahana Indah, Tiara menjelaskan pihaknya telah menjual 500 unit lebih rumah type 36 di Sako Park Residence. “Pak Eko salah satu konsumen kita. Waktu itu ia datang bersama istri ke kantor marketing. Saya jelaskan persyaratan KPR di Bank BTN, DP-nya kemarin Rp1 juta. Setelah itu Pak Eko langsung ke BTN mengurus sendiri,” ujarnya.
Diakuinya, mayoritas konsumen mengambil KPR BTN Subsidi sebab DP dan angsurannya terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). “Selama ini konsumen kami, siapa pun, tak pernah kesulitan memperoleh KPR. Sepanjang memenuhi syarat seperti tidak punya rumah, belum pernah menerima subsidi (KPR), berpenghasilan pasti disetujui kreditnya. Prosesnya pun mudah dan cepat,” kata dia.
Fasilitas KPR Subsidi skema FLPP ini pula yang membuat unit rumah Sako Park Residence terjual ratusan unit beberapa tahun ini. Bahkan pembangunan sudah masuk tahap III, dengan penawaran booking fee Rp500 ribu dan uang muka Rp1 juta. “Kalau tidak ada KPR FLPP, sulit bagi kami menjual rumah secara cash,” tandas Tiara.
Selain Eko Handoko, Masriyah (58), warga Kota Prabumulih turut merasakan kebahagian memiliki rumah impian di masa tuanya. Tapi bedanya, jika Eko mendapatkan fasilitas pembiayaan rumah subsidi, Masriyah memperoleh rumah berkonsep Rumah Inti Tumbuh Tahan Gempa (RITTA) secara gratis dari Bank BTN melalui program RITTA Kementerian Perumahan tahun 2024.
Rumah yang berlokasi di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Prabumulih Selatan itu berukuran 18 meter persegi, dengan luas tanah 70 meter persegi, dan struktur bangunan Sistem Panel Modular RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat). Rumah ini ramah lingkungan, penggunaan material alam sangat hemat, hanya pada kuda-kuda, panel jendela, dan panel pintu. Total ada 60 unit bantuan BTN untuk pekerja informal di Kota Prabumulih.
BACA JUGA:Penjabat Bupati OKU M Iqbal Alisyahbana Dorong OPD Lakukan Inovasi Baru
BACA JUGA:Tingkatkan Aksesibilitas Program JKN Bagi Disabilitas, Beri Perlindungan Kesehatan Secara Merata
Bagi Bank BTN, upaya menyukseskan Program 3 Juta Rumah Layak Huni Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka harus berlangsung secara masif dan terus menerus. Karena itu, selain menyalurkan KPR Subsidi, bank pelat merah ini mengucurkan dana CSR, membangunkan rumah RITTA untuk MBR atau warga miskin yang berhak, pekerja informal, hingga kelompok disabilitas.
“Saya sangat bersyukur bisa dibantu rumah RITTA ini. Rumahnya bagus sekali. Bercat biru, sudah ada listrik dan air bersih,” ujar Masriyah. Selama puluhan tahun ia mengontrak rumah dengan biaya sewa Rp300 ribu per bulan. Cukup berat baginya yang hanya pedagang sayur mayur seputaran Sukaraja dengan penghasilan Rp50-100 ribu per hari. “Pendapatan saya tak menentu, jadi susah mengumpulkan uang ratusan juta membeli rumah,” terang Masriyah.