Penyebab Punahnya Tanaman Duku di Sumatera Selatan

DUKU MATI: Salah satu pohon duku yang akan mati. Terlihat dari gejala layu karena jamur yang menyebabkan kanker batang.--
SUMATERAEKSPRES.ID - Duku menjadi buah primadona dan eksotis di wilayah Sumatera Selatan. Beberapa wilayah yang terkanal di Sumatera Selatan yang terkenal sebagai sentra penghasil buah duku yaitu Ogan Komering Ulu (OKU), Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Muara Enim, Musi Banyuasin (Muba), Musi Rawas (Mura), dan Musi Rawas Utara (Muratara).
Duku dari Sumatera Selatan sering disebut sebagai Duku Komering, Duku Raswan ataupun juga Duku Palembang, karena Palembang adalah kota besar yang menjadi pusat distribusinya. Ciri Khas Duku Sumatera Selatan yaitu kulit tipis dan berwarna kuning cerah, rasa manis, sedikit asam (jika masih muda), daging buah tebal dan berair, biji kecil, bahkan beberapa tanpa biji dan tahan lebih lama dibandingkan duku dari daerah lain.
BACA JUGA:Sepakat Pilkada dan Pemilu tak Digelar Berdekatan
BACA JUGA:Hindari Busuk, Petik Cabai Hijau
Duku memiliki manfaat kesehatan sebagai antioksidan yang kuat, kesehatan pencernaan dan meningkatkan system imun, juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan memberikan manfaat bagi berbagai sektor, mulai dari petani hingga industri dan perdagangan. Sejak tahun 2014 dilaporkan banyak tanaman duku yang mati di OKU dan Muratara dan saat ini telah menyebar di hampir semua kabupaten yang menjadi sentra tanaman duku seperti UKUS, OKUT, Muara Enim dan Mura. Duku yang mati menunjukkan gejala kulit batang yang rusak, adanya lesi berwarna hitam pada batang atau dahan berupa garis-garis meyerupai cakaran, daun duku yang menguning, layu dan lama kelaman menjadi kering hingga akhirnya tanaman menjadi mati dalam waktu 6 bulan sejak gejala awal. Gejala layu penyakit ini bisa menyerang secara keseluruhan dan sebagian di daun bagian pucuk atau dahan pohon. Tanaman yang sakit menunjukkan adanya luka pada batang atau dahan yang disebabkan oleh gigitan tupai, lubang-lubang pada batang yang disebabkan oleh sap beetle, dan luka bekas dipangkas, Dimana luka-luka ini menyebabkan pathogen (agen penyebab penyakit) menginfeksi atau bisa menyerang tanaman sehingga pathogen mampu berkembang pada batang atau dahan tanaman.
Hasil uji Laboratorium Fitopatologi secara morfologi, postulat koch dan genetik oleh tim peneliti Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya menunjukkan penyebab penyakit ini yaitu jamur atau dengan nama ilmiah Ceratocystis. Jamur ini dikenal luas menyebabkan kanker batang, layu mendadak dan menyebabkan banyak kematian pada berbagai tanaman berkayu. Jamur ini dikenal menginfeksi tanaman dari adanya luka pada tanaman. Adanya luka oleh tupai, sap beetle, dan pemangkasan menggunakan alat dari tanaman yang sakit mengakibatkan seranggan penyakit ini semakin cepat menyebar. Keparahan penyakit ini juga disebabkan oleh adanya musim kering yang cukup panjang dan jarangnya tanaman dirawat seperti pemupukan membuat tanaman dengan kondisi stres atau kurang nutrisi lebih rentan terkena infeksi.
Upaya pengendalian penyakit saat ini yang telah dan akan dilakukan yaitu menemukan varietas tanaman yang lebih tahan penyakit, eksplorasi mikrobia antagonis, penggunaan Bubur Bordo, Pengendalian vektor serangga dengan insektisida ramah lingkungan atau agen hayati seperti Metarhizium dan Trichoderma. Varietas beragam pada kebun juga memberikan pengaruh besar pada penyebaran penyakit ini, Dimana hasil penelitian kami menunjukkan kebun yang memiliki varietas beragam lebih tahan terhadap penyakit ini dikarenakan pathogen tidak mudah menyebar karena banyak inang alternatif, keragaman genetic dan Mengurangi tekanan seleksi terhadap Patogen. Perawatan rutin seperti pemupukan juga membuat tanaman menjadi lebih kuat terhadap serangan penyakit. (*)