Selamatkan Hidup, Deteksi Dini Kanker Payudara, Sadari dan Pemeriksaan Klinis

Dr H Benny Kusuma SpB Subsp.Onk (K) MARS-foto: ist-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker paling banyak menyerang wanita di dunia, termasuk di Indonesia. Dr H Benny Kusuma SpB Subsp.Onk (K) MARS, ahli bedah onkologi yang bertugas di Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) menegaskan pentingnya deteksi dini untuk menangani kanker payudara secara efektif.
Dia mengatakan kanker payudara adalah suatu neoplasma ganas yang memiliki sifat spesifik, yaitu kemampuannya untuk menyebar dan bersifat heterogen. Artinya, pada satu pasien bisa terdapat lebih dari satu subtipe kanker, berbeda dengan kebanyakan jenis kanker lain yang biasanya hanya memiliki satu tipe.
Menurut Dr Benny, kesadaran masyarakat terhadap kanker payudara di Indonesia masih rendah. Oleh karena itu, RSMH berkomitmen memberikan edukasi dan layanan deteksi dini kepada masyarakat. "Poli Bedah Onkologi di RSMH buka dari Senin hingga Jumat hingga pukul 16.00, dengan tujuan memberikan informasi dan pemeriksaan kepada pasien yang mengalami gejala atau kelainan pada payudara," ulas dia.
Data menunjukkan kanker payudara tetap menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita. Di tahun 2015, kanker payudara menempati peringkat kedua jenis kanker yang paling umum di dunia, tetapi menjadi pembunuh utama. Pada tahun 2018, posisi ini bergeser, dengan kanker payudara tetap di peringkat kedua, namun menjadi penyebab kematian kelima. Pada 2022, angka kematian akibat kanker payudara kembali meningkat, menjadi penyebab kematian utama di kalangan wanita.
BACA JUGA:Benarkah Kol Goreng Jadi Penyebab Kanker, Simak Disini Penjelasannya
BACA JUGA:Buat Roti Ubi Ungu yang Lezat dan Renyah, Cemilan Keluarga yang Cegah Penyakit Kanker
Dr Benny menjelaskan, kemajuan dalam pengobatan kanker payudara selama beberapa tahun terakhir telah membantu menurunkan angka kematian. Namun, tantangan utama di Indonesia adalah keterbatasan akses informasi dan layanan deteksi dini, terutama di daerah terpencil. Di kawasan Asia Tenggara, terdapat sekitar 240 ribu kasus kanker payudara setiap tahunnya, dengan 120 ribu di antaranya berakhir dengan kematian atau hamper 45 persen kasus.
"Di Indonesia sendiri pada 2019 lalu, prevalensi kanker payudara mencapai 41 persen dari 100 ribu penduduk, dengan tingkat kematian yang sangat tinggi. Sedangkan di Amerika Serikat 92 persen dari 100 ribu penduduk," tuturnya.
Ini menunjukan bahwa di Amerika Serikat penangganan kasus lebih baik. Hal ini karena informasi di negara tersebut sampai ke pelosok, sedangkan di Indonesia hanya sampai ke pusat kota saja. "Oleh sebab itu, kami ingin menyosialisasikan kanker payudara ini," bebernya.
Kementerian Kesehatan RI telah menginisiasi program nasional untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara. Program ini mencakup tiga langkah utama yakni promosi kesehatan, deteksi dini, dan tata laksana pengobatan. Salah satu fokus utama adalah deteksi dini pada wanita berusia 30 hingga 80 tahun, dengan target mencakup 60 persen populasi dalam rentang usia tersebut.
Jika deteksi dini berhasil dilakukan, diharapkan 40 persen kasus yang ditemukan masih berada pada stadium 1 atau 2, sehingga pengobatan dapat dilakukan lebih cepat dan efektif. “Ketika seorang pasien terdiagnosis kanker payudara, kami berkomitmen untuk memulai pengobatan dalam waktu kurang dari 90 hari,” ungkap Dr. Benny.
BACA JUGA:RSMH Bangun Gedung Onkologi Center, Layani Penderita Kanker se-Sumbagsel
BACA JUGA:Groundbreaking Pusat Onkologi RSMH Palembang: Solusi Penanganan Kanker di Sumatera Bagian Selatan
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan peluang kesembuhan pasien. Di negara-negara maju, akses informasi dan layanan kesehatan lebih merata, sehingga angka kematian akibat kanker payudara dapat ditekan. Namun di Indonesia, masih banyak daerah yang belum tersentuh program sosialisasi dan edukasi ini.