https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Bukan Karena Kaya

Mak Kom kami memanggilnya. Berdomisili di kawasan Pasar Gubah, 26 Ilir tepatnya. Dia seorang tukang pijat yang diundang dari rumah ke rumah. Penghasilannya jangan ditanya, jauh dari kecukupan tentu saja.

Salah seorang adik kami, yang nota bene adalah tetangga sekaligus pelanggan setianya, terkaget-kaget saat Mak Kom mengutarakan niatnya untuk berumroh. "Manalah mungkin orang ini bisa ke tanah suci. Makan saja susah," batin adikku.

Akan tetapi, adikku menguatkan niat Mak Kom. "Ayo Mak, aku antar ke kantor kakakku yang punya travel umroh". Sejak hari itu Mak Kom menabung. Kebetulan di Pondok Pesantren Muqimus Sunnah, Palembang, kami membuat program Bank Mini (BM) yang berisi tabungan santri, guru dan karyawan, serta warga yang punya niat berumroh. Berapa pun yang mereka setor kami terima. Berapa pun. BACA JUGA : Niatkan Ibadah, Manfatkan Ramadan

Sungguh Allah Maha Kuasa. Setiap memijat Mak Kom menceritakan niatnya. Hanya sebatas cerita. Tetapi orang-orang refleks merogoh dompet mereka. Alhasil, kian hari kian meninggi jumlah tabungannya.

"Mak, kami buatkan paspor ya. Setelah itu ikutlah manasik tiap Sabtu pagi. Celengan Mak sudah cukup". Mata tua Mak Kom berkaca-kaca saat menyimak uraianku.

Saat orang-orang mengadakan kenduri dan memohon doa untuk berangkat umroh, Mak Kom datang padaku dengan wajah datar, "Nak, Mak tak bisa sedekah. Tidak apa-apa, kan? Bisa umroh saja Mak sudah sangat bersyukur," katanya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan