https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Pemprov Sumsel Uji Coba Kurikulum Pangan Lokal di 34 Sekolah untuk Ketahanan Iklim

Sumsel terapkan kurikulum pangan lokal di sekolah untuk memperkuat ketahanan pangan menghadapi tantangan perubahan iklim. Foto: istimewa--

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID– Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memulai uji coba kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim di 34 sekolah, yang terdiri dari 17 SMA dan 17 SMK.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya Pemprov Sumsel dalam memperkuat ketahanan pangan di tengah tantangan perubahan iklim.

Peluncuran kurikulum ini ditandai dengan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) dan pengukuhan guru pelopor, yang dihadiri oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan, H. Awalluddin, M.Si. 

Awaluddin mengatakan, pentingnya penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah sebagai pendukung utama penerapan kurikulum tersebut, yang dijadwalkan berlangsung selama semester genap, dari Februari hingga Mei 2025.

BACA JUGA:Ketahanan Pangan Nasional 2025: Danrem 044/Gapo Targetkan Cetak Sawah di Tiga Kabupaten

BACA JUGA: Kapolda Sumsel: Hasil Panen Langsung Diserap Offtaker, Penanaman Jagung Serentak Dukung Swasembada Pangan

Kurikulum Mulok Pangan Lokal dirancang sebagai respons terhadap dampak perubahan iklim yang semakin nyata, seperti bencana hidrometeorologi dan kebakaran hutan. Pangan lokal dinilai memiliki potensi besar untuk memperkuat ketahanan pangan di Sumatera Selatan.

“Edukasi tentang pangan lokal di sekolah sangat penting, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Dengan kurikulum ini, generasi muda diharapkan dapat memahami dan memanfaatkan sumber daya pangan lokal sebagai upaya menjaga ketahanan pangan,” kata Awalluddin, Rabu (22/1)

Ia  menambahkan, generasi muda perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk menghadapi perubahan iklim. "Kurikulum ini bertujuan untuk mengajarkan siswa tentang potensi bahan pangan lokal yang ada di sekitar mereka, sehingga mereka lebih siap menghadapi krisis pangan di masa depan," jelasnya.

Pengembangan kurikulum ini merupakan hasil kolaborasi antara Dinas Pendidikan Sumsel dan ICRAF Indonesia melalui proyek Land4Lives yang didukung oleh Pemerintah Kanada. Proyek ini bertujuan membantu masyarakat dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, dengan fokus pada peningkatan ketahanan pangan melalui pemanfaatan pangan lokal.

BACA JUGA:Majukan Target Swasembada Pangan, Setop Impor 4 Komoditi Pangan di 2025

BACA JUGA:Penanaman Jagung di Lahat Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Direktur  ICRAF, Andre Ekadinata, menjelaskan bahwa kurikulum ini menekankan relevansi lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah. "Anak-anak harus memahami bahwa pangan lokal tidak hanya sebatas beras dan nasi. Dengan pengetahuan ini, mereka akan lebih tangguh dalam menghadapi krisis pangan di masa depan," ungkap Andre.

Namun, tantangan terbesar adalah membangun kapasitas guru dalam menyampaikan materi tentang pangan lokal. "Kami perlu memastikan semua guru memiliki pemahaman yang sama mengenai konsep pangan lokal dan cara mengajarkannya kepada siswa," tambahnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan