Mengagas Spiritualitas Hijau
Dr Muhammad Isnaini MPd, (Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN RF Palembang)--
SUMATERAEKSPRES.ID - Krisis ekologi global yang kita hadapi saat ini menuntut keterlibatan semua pihak, termasuk institusi agama.
Sebagai salah satu pilar dalam kehidupan manusia, agama memiliki peran strategis dalam membangun kesadaran ekologis.
BACA JUGA:Kenapa Islam Melarang Memelihara Anjing Tanpa Tujuan yang Dibenarkan
BACA JUGA:Makna Filosofis di Balik Tradisi Kain Kafan Putih dalam Kehidupan dan Kematian Umat Islam
Konsep spiritualitas hijau menjadi gagasan penting untuk mengintegrasikannilai-nilai keimanan dengan tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.
Spiritualitas hijau tidak hanya mengajarkan cinta terhadap alam sebagai bagian dari ciptaan Tuhan.
Tapi juga menuntut tindakan nyata dalam pelestarian bumi. Dalam perspektif agama, alam semesta dianggap sebagai amanah yang harus dijaga.
Ayat-ayat dalam kitab suci dari berbagai agama seringkali menekankan hubungan harmonis antara manusia dan alam.
Misalnya, dalam Islam, terdapat konsep khalifah yang menggaris bawahi tanggung jawab manusia sebagai penjaga bumi.
Begitu pula dalam tradisi agama lain, seperti Kristen yang menekankan stewardship, dan Hindu yang mengajarkan prinsipa himsa atau non-kekerasan terhadap semua makhluk hidup.
Spiritualitas hijau juga mengajak umat beragama untuk mengubah cara pandang terhadap sumber daya alam.
Alam bukan sekadar komoditas yang dapat dieksploitasi, tapi merupakan entitas yang memiliki nilai intrinsik. Dengan pandangan ini, setiap tindakan terhadap alam harus dilandasi oleh rasa hormat dan rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Menghidupkan Kembali Etika Spiritual dalam Pelestarian Bumi
Penguatan etika spiritual menjadi langkah awal untuk menghidupkan kembali kesadaran ekologis di kalangan umat beragama.