HARI-HARI MELEGENDA
Sebelum memasuki bulan suci, biasanya kuajak bocah-bocah ke toko buku. Mereka bisa memilih bacaan apa saja asal sesuai budget yang telah disepakati. Kupikir membaca buku jauh lebih baik daripada memegang gadget sehari penuh. Ada waktunya anak-anak bermain hp karena memang sudah zamannya.
Ada waktunya pula mereka salat, sedekah, bercerita tentang aktivitas harian mereka, dan membaca buku. Ibuku dulu juga seperti itu. Kami sembilan saudara bergantian diajaknya ke pasar sebelum Ramadhan tiba. Seingatku di pasar 16 Ilir, pasar terbesar di kota Palembang, ada 2 toko buku. Belum lagi di Jalan Jenderal Sudirman yang merupakan urat nadi kota pempek ini.
Toko-toko buku mudah kami temukan dengan sejumlah koleksi buku yang beragam. Biasanya, ibu membelikan buku-buku cerita sesuai dengan hobi kami. Yang hobi baca komik membeli serial punakawan, hingga kami bisa saling "menggelari" dengan menggunakan tokoh Petruk, Gareng, Bagong, atau Semar. BACA JUGA : Sisa 15 Titik Banjir Terparah
Yang hobi kisah detektif melengkapi koleksinya dengan serial Lima Sekawan. Yang senang baca majalah anak-anak (note: semuanya senang, bahkan berebut), tak lupa mengantongi majalah Bobo, Kuncung, dan lain-lain. Sebelum membaca, kami diwajibkan menutup aurat buku-buku ini. Kata ibu, "Buku pun mesti diberi pakaian agar tidak kusam dan tahan lama".
Kami menghabiskan Ramadhan dengan antusiasme dan kebahagiaan yang meluap-luap. Tidak hanya sahur dan berbuka bersama, membaca Alquran, jalan-jalan pagi, dan membaca buku-buku cerita juga jadi agenda yang tak kalah mengasyikkan.