Wamentan Sudaryono Ingatkan Jangan Ada Tebusan ke Petani, Sumsel Terbesar Program Opla dan Cetak Sawah
SAWAH RAWA: Wamentan RI Sudaryono meninjau lahan rawa di Kabupaten OI, yang akan dicetak sawah tahun 2025 nanti. -FOTO: IST-
"Ini karena hasil produksi padi Sumsel tidak dihilirisasi di sini, sehingga membuat sumber inflasi beras. Padi yang dihasilkan malah dihilirisasi di provinsi lain, kemudian berasnya dibeli Bulog untuk kemudian di pasarkan kembali di Sumsel,” bebernya.
Oleh karena itu, menurutnya perlu langkah atau solusi end to end yang dilakukan di Sumsel. “Biar produksi padi yang tinggi, dampaknya dapat terasa secara maksimal di sini (produksi padi dan proses hilirisasinya dilakukan semua di Sumsel)," pungkasnya.
Hadir juga dalam rakor tersebut, Anggota Komisi II DPR-RI Ahmad Wazir Noviadi, Pangdam II/Sriwijaya Mayjen TNI M Naudi Nurdika, Danrem 044/Gapo Brigjen M Thohir, pewakilan Polda Sumsel. Para bupati atau wakilnya, yang daerahnya dapat program opla dan cetak sawah.
Dari rakor di Hotel Santika Premiere Bandara, Palembang, Wamentan Sudaryono dan rombongan kemudian meninjau langsung langsung lahan rawa yang bakal jadi lokasi cetak sawah. Yakni, ke Desa Arisan Jaya, Kecamatan Pemulutan Barat, serta Desa Simpang Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI).
BACA JUGA:Rasain, Tiga Pembunuh Sadis Terhadap Petani Karet di OKU Dijatuhi Hukuman Maksimal, Ini Alasan Hakim
BACA JUGA:Buruh dan Pengusaha Beras Pemulutan Sepakat HDCU Pimpin Sumsel, Optimis Majukan Petani Lokal
"Potensi Sumsel sudah saya dengar, sejak saya jadi aspri (asisten pribadi) Pak Prabowo. Bagaimana punya sekian juta lahan rawa yang potensinya besar sekali. Kita punya visi, misi, rencana menjadi program, tapi eksekusinya kurang. Presiden kita saat ini ingin satset dan pastikan programnya maju dan berjalan," ungkapnya, dalam peninjauan lapangan ke Ogan Ilir.
Program opla dan cetak sawah ini juga akan dilombakan bersama 12 provinsi se-Indonesia. "Saya kedapatan tugas salah satu wilayahnya di Sumsel. Hanya ada satu kata, Sumsel harus juara. Nanti 106 ribu hektare opla, dan 150 ribu hektare cetak sawah baru, harus jadi semua,” tantangnya.
Hamparan calon lahan cetak sawah di wilayah Pemulutan, luasnya sekitar 6.000 hektare. "Dulunya lahan rawa, tapi setelah kontruksi lahan dan sistem pengairannya kita atur, alhamdulillah padinya bisa tumbuh," ucap Mas Dar.
Wakil Bupati Ogan Ilir Ardani, menyampaikan Kabupaten OI menjadi wilayah yang menjadi target opla dan cetak sawah terbesar kedua di Sumsel, setelah Kabupaten OKI. "Masyarakat Ogan Ilir lebih dari 53 persen bekerja di sektor pertanian. Melalui program opla dan cetak sawah ini, diharapkan dapat bermanfaat dalam menaikkan perekonomian masyarakat," harapnya.
Belum lagi, banyak lahan rawa yang potensi jadi area persawahan ini saat kemarau jadi langganan kebakaran. "Insyaallah dengan program ini muncul, dampaknya bagi perekonomian masyarakat Ogan ilir. Serta beban pemerintah daerah dapat berkurang," ucap Ardani.
Kepala Dinas Pertanian OI, Abi Bakrin Sidik, menambahkan, estimasi biaya cetak sawah antara Rp20-25 juta per hektare. Melalui program ini, targetnya akan ada sekitar 26 ribu lahan cetak sawah baru di Ogan Ilir.
"Program cetak sawah ini diperkirakan akan dimulai pada tahun depan. Sehingga diharapkan dapat panen minimal setahun 2 kali. Serta menghasilkan produksi 4-6 ton beras per hektare," ulasnya.
Melalui Kementerian Pertanian, membantu petani dalam mencetak lahan sawah, menyediakan bibit dan pupuk hingga panen. Sedangkan untuk pemantauan program, dapat berjalan optimal, juga bekerjasama TNI/Polri. Memastikan program cetak sawah berjalan dengan optimal.