Teliti Pendekatan Terapi Berbasis Lingkungan Mikro Tumor pada Limfoma
Prof dr Krisna Murti SpPa Subsp HLE (K) M Biotech Stud PhD-foto: ist-
Prof dr Krisna Murti SpPa Subsp HLE (K) M Biotech Stud PhD, Guru Besar Bidang Ilmu Patologi Anatomi FK Unsri
SUMATERAEKSPRES.ID - Satu dari tujuh guru besar yang dikukuhkan pada 28 November 2024 lalu adalah Prof dr Krisna Murti SpPa Subsp HLE (K) M Biotech Stud PhD. Prof Krisna mengembangkan suatu kontribusi pemikiran dalam mengembangkan metode baru terapi pasien limfoma. Seperti apa hasil penelitiannya?
Riyo Andika-Indralaya
Kanker jadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Menyebabkan hampir satu dari enam kematian (16,8 %) dan satu dari empat kematian (22,8 %) tertinggi jenis penyakit tidak menular (PTM).
Penyakit ini menyebabkan tiga dari 10 kematian dini global akibat PTM, yaitu sebesar 30,3 % pada mereka yang berusia 30 sampai 69 tahun.
Juga merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian teratas pada kelompok usia dini pada 177 dari 183 negara. Harapan hidup pasien kanker berhubungan dengan biaya ekonomi yang bervariasi, geografi, dan gender, serta jenis keganasan yang diderita.
BACA JUGA:Mengenal Tumor Mata: Jenis, Gejala, Penyebab, dan Cara Pengobatannya
BACA JUGA:10 Tanda Tumor yang Sering Diabaikan, Nomor 1 Sering Dikira Baper
“Dari 10 jenis kanker teratas di dunia menyumbang lebih dari 60% dari kasus kanker yang baru terdiagnosis dan kematian akibat kanker, termasuk limfoma," ujar Prof Krisna saat menyampaikan orasi pengukuhannya sebagai guru besar di auditorium Kampus Unsri di Indralaya.
Kepala Laboratorium dan Ketua Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Unsri ini menjelaskan, Limfoma adalah jenis neoplasia ganas yang berkembang pada sistem limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Limfoma terjadi ketika limfosit, yaitu sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi, tumbuh secara tidak terkendali dan membentuk tumor.
Menurutnya, limfosit ini dapat berkembang biak secara abnormal di kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang dan organ lain. Sehingga mengganggu fungsi normal sistem kekebalan. "Secara keseluruhan kasus limfoma yang terdata di Laboratorium Sentral Unit Patologi Anatomi RSMH Palembang cukup tinggi. Insidensinya yaitu menempati ranking ke-2 atau 3 setiap bulannya," ungkap Ketua Bidang Pendidikan dan Ilmiah Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (PDSPA) Palembang ini.
Gejala limfoma meliputi pembengkakan kelenjar getah bening yang tdak nyeri, terutama di leher, ketiak, atau selangkangan. Kemudian demam, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak dapat dijciaskan, kelelahan dan gatal-gata! pada kulit.
BACA JUGA:Target Terapi, Obat Yang Bekerja, Hanya Memangsa sel-sel Tumor
BACA JUGA:Operasi Pertama Biopsi Insisi, Ambil Contoh Tumor Untuk Tahu Jenisnya
Penyebab dan faktor risiko penyebab pasti limfoma tidak selalu diketahui. Tapi ada beberapa faktor risiko yang berkontribusi, seperti infeksi tertentu (misalnya virus Epstein-Barr/EBV), sistem kekebalan tubuh yang lemah, usia, dan paparan bahan kimia tertentu.