Awal Puasa Sama, 1 Syawal Potensi Beda

*22 Maret Sidang Isbat

PALEMBANG - Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa 1 Ramadan pada Kamis (23/3). Sementara 1 Syawal 1444 H jatuh pada 21 April. Penegasan ini disampaikan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumsel, Ridwan Hayatudin SH MH.

"Awal Ramadana sama. Diprediksi ada perbedaan untuk 1 Syawal," ujarnya didampingi Wakil Ketua PWM, Drs Abu Hanifah, Sekretaris PWM Sumsel, H Abdul Hamid Usman SH MHum. Ketua Majelis Tarjih, Sunaryo dan Majelis Tarjih PWM Sumsel, M Teguh.

Katanya, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal, ijtimak belum terjadi pada Selasa (21/3). “Baru besoknya (Rabu), ijtimak. 30 Syakban bertepatan dengan 22 Maret 2023, pukul 00.25.41 WIB. Dengan begitu, Kamis mulai puasa," jelasnya.

Sedangkan untuk penentuan 1 Syawal, Kamis (20/4) bertepatan dengan 29 Ramadan, ijtimak terjadi pukul 11.15.06 WIB. “Tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta hilal sudah wujud. Di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu, bulan sudah di atas ufuk. Karena itu, 1 Syawal jatuh pada Jumat (21/4),” bebernya. Untuk 1 Zulhijah 1444 H pada Senin (19/6). Sedangkan Iduladha (10 Zulhijah) pada 28 Juni.

BACA JUGA :Awal Puasa Sama, 1 Syawal Potensi Beda BACA JUGA : Kecewa-Kesal Picu Beban Mental

Terpisah, pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumsel, Ustaz H Mahmudin mengimbau umat Islam tidak serta merta mempercayai informasi yang beredar di media sosial. "Untuk penentuan 1 w dan 1 Syawal, kita masih tetap berpedemoman pada hasil dari perhitungan hisab rukyat Kementerian Agama," katanya.

Sementara, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis, memprediksi awal Ramadan tahun ini akan jatuh pada 23 Maret. Artinya, sama dengan tanggal yang sudah ditetapkan Pengurus Pusat Muhammadiyah. Sehingga umat Islam di Indonesia kemungkinan besar akan mulai puasa di hari yang sama. "Insya Allah mengawali Ramadan kita akan bersama, tidak ada perbedaan. Mungkin yang akan ada potensi perbedaan nanti pas Idulfitrinya. Itu ada potensi dan juga Iduladha," ujarnya. 

Kiai Cholil menjelaskan, awal Ramadan tidak ada perbedaan karena imkanur rukyat, mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal. "Pemerintah, NU juga menggunakan falaq dengan imkanur rukyat kemungkinan bisa dilihat," ucap dia.

Diperkirakan, ketinggian hilal pada saat rukyatul hilal nanti lebih dari tiga derajat. “Sehingga potensi perbedaan awal Ramadan kecil atau tidak ada,"  bebernya. Tapi untuk 1 Syawal, kemungkinan tidak imkanur rukya. “Tidak mungkin kelihatan bulan. Sementara Muhammadiyah mengatakan wujudul hilal," jelasnya.

Menurut Kiai Cholil, di Indonesia sudah sering terjadi perbedaan seperti ini. “Karena kita sudah berkali-kali beda, imbauan saya ikuti yang diyakini," imbuhnya.

Secara pribadi, dia mengimbau umat Islam di Indonesia mengikuti pemerintah. “Karena, keputusan pemerintah sifatnya mengikat," tutupnya.

Sementara, Kementerian Agama akan gelar sidang isbat pada 22 Maret nanti. “Insya Allah (sidang isbat diumumkan) tanggal 22 di Kemenag," kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kemenag, Kamaruddin Amin. (nni/kms/*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan