Penyakit Kusta, Ini Gejalanya
*Tidak Menular dari Ibu ke Janin
PALEMBANG- Kusta (Morbus Hansen) adalah infeksi kronik pada kulit, mukosa dan saraf tepi oleh Mycobacterium leprae yang ditandai dengan 6A. “Yaitu, tidak berkeringat (Anhidrosis), hilangnya sensari saraf sensorik (Anestesia), Kebotakan (Alopesia), timbul lesi hipopigementasi dan hiperpigmentasi (Akromia), pengecilan otot/kelumpuhan otot (Atrofi), dan hilangnya kemampuan penghidu atau indra penciuman (Anosmia),” kata Dr dr Fifa Argentina, SpKK, dokter spesialis sub Devisi Dermatologi Infeksi Rumah Sakit dr Mohammad Hoesin sekaligus Sekretaris 2 IDI Wilayah Sumsel.
Dijelaskannya, beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kusta, antara lain adalah kontak erat dan lama dengan penderita kusta, serta tinggal di daerah endemik kusta. Selain itu Rumah yang tidak memadai dan tidak memiliki sumber air bersih, menderita cacat genetik pada kekebalan tubuh serta menderita gangguan pada sistem kekebalan tubuh juga bisa memicu penyakit kusta.
"Namun bagi penderita kusta yang telah diobati dengan obat antibiotik tidak akan menularkan yang lain dan dapat beraktivitas seperti biasa dan dapat hidup normal di tengah-tengah teman dan keluarga,"jelasnya lagi. BACA JUGA : Ramadan, Tempat Hiburan Harus Tutup
Selain penyebab tersebut, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kusta. Seperti, menetap atau berkunjung ke Kawasan endemik kusta. Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta (seperti armadillo atau simpanse). "Kemudian seseorang tersebut memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh,"urainya.
Lebih jauh dijelaskan, hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyebab kusta tidak mudah menular ke orang lain. Bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk tumbuh di tubuh penderita. "Berjabat tangan, duduk bersama, atau berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi tidak menyebabkan kusta. Penyakit kusta tidak menular dari ibu ke janin dalam kandungan,"terangnya
Lanjutnya, Kusta dapat dikenali dengan gejala yang timbul. Gejala utama penyakit kusta timbul bercak putih atau kemerahan, kulit mati rasa, penebalan saraf tepi dengan atau tanpa rasa nyeri dan ditemukan basil tahan asam (BTA) pada hasil laboratorium. "Penyakit kusta juga dapat menimbulkan gejala lain pada kulit. Kondisi ini tergantung pada pertumbuhan bakteri itu sendiri, dan jenis kusta mempengaruhi pengobatan,"jelasnya
Lebih jauh dijelaskan, jenis kusta dibagi menjadi dua tipe yaitu, tipe pausibasiler adalah bentuk kusta yang memiliki gejala ringan. Pada tipe ini hanya memiliki satu atau lima lesi dengan penyebaran asimetris. Pada keterlibatan saraf dapat ditemukan dan hanya mengenai satu cabang saraf. "Kusta tipe pausibasliler kurang menular dibandingkan spesies lain,"terangnya.
Kemudian Tipe kedua adalah tipe Multibasiler merupakan jenis kusta yang memiliki gejala berat. Orang dengan jenis kusta ini memiliki lesi kulit lebih merah dan berbatas tegas memiliki jumlah lesi lebih banyak (>5 lesi). "Pada keterlibatan saraf dapat mengenai banyak yang terkena dan gangguan sensorik tidak jelas,"katanya
Menurutnya, pengobatan kusta bertujuan untuk memutus mata rantai penularan, menurunkan angka kejadian penyakit, mengobati dan menyembuhkan penyandang kusta, serta mencegah kecacatan yang ditimbulkan.
Jenis, dosis dan lama pemberian obat kusta ditentukan berdasarkan jenis kusta.
Obat Kusta tersedia di seluruh puskesmas yang ada di Indonesia dan dapat diperoleh secara gratis.
"Jika mendapati keluhan seperti penjelasan di atas, disarankan untuk berobat ke fasilitas kesehatan terdekat agar dapat diperiksa lebih lanjut oleh tenaga kesehatan setempat.Kusta dapat diobati dan dapat dicegah dengan deteksi sedini mungkin,”pungkasnya.(nni/lia)