https://sumateraekspres.bacakoran.co/

DAS di Sumsel Makin Rusak

Di Sumsel 8.537 Rumah Terendam, 21.297 Jiwa Terdampak Sepanjang 2022

SUMSEL - Bencana banjir dan longsor di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) terus meluas. Dalam 10 tahun terakhir, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 80,9 juta penduduk yang tinggal di pinggiran sungai dengan risiko bencana sangat tinggi.

Kemudian, terekam 10.150 kejadian banjir dan 7.574 longsor secara nasional. Ribuan korban jiwa. Belum lagi kerusakan materil. Di Provinsi Sumsel, sepanjang 2022 saja terjadi 41 kali banjir, sekali banjir bandang dan 17 kali longsor.

BACA JUGA : Film PATHAAN, Ketika Shah Rukh Khan Beraksi jadi Agen Rahasia Pemburu Gembong Teroris

Sebanyak 8.537 rumah terendam, 150 rumah rusak berat, 46 rumah rusak sedang, 623 rusak ringan. Ada 11 rumah hanyut/roboh. Dua jembatan rusak dan 3 jembatan gantung putus. Belum lagi kerusakan fasilitas umum lain. Lahan pertanian yang terendam 244 hektare, 1 hektare sawah rusak, 20 hektare sawah terendam, 108,5 meter jalan tertimpa longsor.

Korban tercatat 18.116 kepala keluarga/21.297 jiwa. Enam di antaranya meninggal dunia. Semua dampak dari rusaknya DAS sehingga sungai-sungai yang ada makin membahayakan kehidupan masyarakat sekitar.

BACA JUGA : Daftar Daerah Penghasil Beras Terbanyak di Sumsel BACA JUGA : Kerupuk Tunjung, Kuliner Khas Palembang yang Produksinya Kini Mulai Langka

Mulai dari hulu, Empat Lawang misalnya. Sngai-sungai di sana sudah rawan menyebabkan banjir. Seperti Sungai Air Keruh di Kecamatan Pasemah Air Keruh (Paiker). Menggenangi jalan utama hingga wilayah pemukiman warga di Desa Muara Sindang, Padang Bindu, Bandar Agung, Muara Rungga dan Padang Gelai.

Selanjutnya Desa Baturaja Batu dan Baturaja Lama, Kecamatan Tebing Tinggi. Karena berdekatan dengan aliran Sungai Musi. “Total ada tujuh kecamatan yang rawan banjir dan longsor,” kata Kepala BPBD Empat Lawang, Sahrial Podril.

BACA JUGA : ATURAN BARU! Ini Tiga Cara Verifikasi Instagram Agar Tak Bisa Diakses Anak Dibawah Umur

Rincinya, Kecamatan Tebing Tinggi, Ulu Musi, Paiker, Sikap Dalam, Pendopo, Pendopo Barat, dan Talang Padang. Banjir terjadi karena sungai tak mampu lagi menampung air dalam jumlah besar. Di Kabupaten Muratara, sungai-sungai airnya keruh karena aktivitas penambangan emas ilegal. Kedalaman jadi dangkal karena sedimentasi pasir campur lumpur.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan