Isu Pekerja di Tengah Hiruk Pikuk Pilkada
M.H. Thamrin - Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNSRI--
SUMATERAEKSPRES.ID -Pada masa kampanye pemilihan kepala daerah (pilkada), perhatian para calon seringkali terfokus pada upaya menarik simpan dan suara dari berbagai kelompok masyarakat.
Salah satu kelompok yang kerap disebut-sebut penting namun seringkali tidak mendapatkan perhatian yang proporsional dalam program pembangunan adalah para pekerja.
Meskipun kontribusi mereka signifikan dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, isu-isu yang mereka hadapi tidak jarang tenggelam di tengah hiruk pikuk kampanye politik.
Antara Retorika dan Realita.
Para calon kepala daerah umumnya sepakat bahwa pekerja adalah elemen penting dalam Pembangunan.
Mereka sering menekankan pentingnya peran pekerja dalam pidato dan pernyataan politik. Namun, kenyataan nya seringkali menunjukkan hal yang berbeda.
Dalam banyak kasus, pekerja lebih terkesan dilihat sebagai komoditi politik – kelompok yang penting untuk dijadikan bahan jualan kampanye ketimbang sebagai subyek utama yang memerlukan perhatian serius.
BACA JUGA:Dugaan Kasus Bullying di Sekolah Elit Palembang, Orang Tua Tempuh Jalur Hukum, Ini Ceritanya!
Padahal pernyataan ILO jelas bahwa “labor is not a commodity” (pekerja bukanlah komoditas) dan menekankan pentingnya pekerjaan yang bermartabat dan layak sebagai fondasi keadilan sosial (ILO, 2024).
Prinsip-prinsip fundamental seperti kebebasan berserikat, penghapusan kerja paksa, penghapusan pekerja anak, dan eliminasi diskriminasi di tempat kerja adalah hal-hal yang harus dipegang teguh oleh seƟap negara dan pemerintahan daerah (ILO, 1998).
Isu-Isu Menonjol Bagi Pekerja
Jika isu pekerja memang merupakan prioritas, seharusnya masalah yang mereka hadapi tercermin dalam gagasan yang dituangkan dalam slogan dan program kampanye.
Namun, pengamatan di lapangan -termasuk di Sumatera Selatan – menunjukkan bahwa perhatian terhadap pekerja seringkali Ɵdak tercermin dalam slogan-slogan kampanye yang bertebaran di baliho dan poster-poster.