Isu Pekerja di Tengah Hiruk Pikuk Pilkada
M.H. Thamrin - Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNSRI--
Pernyataan politik lebih banyak bersifat generic seperti “….maju untuk semua”; “…. bangkit bersama”; “…menyala abangku”; “…menata ibukota” dan sejenisnya.
Umumnya lebih berfokus pada janji umum tentang kemajuan dan pencitraan diri tanpa menyentuh isu-isu spesifik yang dihadapi para pekerja.
BACA JUGA:NSA Bagikan Panduan Aman Penggunaan Ponsel untuk Cegah Pencurian Data
BACA JUGA:Rendang: Kuliner Khas Minang yang Menduduki Peringkat Atas Makanan Terenak di Dunia
Ada beberapa isu penting yang seharusnya menjadi prioritas dalam kampanye para calon kepala daerah jika mereka benar-benar peduli terhadap kesejahteraan pekerja, di antaranya : (1) Upah layak dan kesejahteraan; (2) Kondisi kerja yang aman dan sehat; (3) Perlindungan Sosial; (4) Kesejahteraan dan non-diskriminasi; (5) Pendidikan dan pelatihan; dan (6) Pekerja informal.
Dilema para Calon Kepala Daerah, Prioritas yang Terpecah.
Sistem politik yang ada seringkali menjebak para calon dalam dilema antara memenuhi tuntutan partai politik dan menjawab kebutuhan konstituen.
Proses mendapatkan rekomendasi partai untuk memastikan parpol pengusung seringkali memakan waktu dan energi yang signifikan, mengurangi focus mereka pada pengembangan program yang nyata dan relevan bagi para pemilih atau konstituen mereka – termasuk para pekerja.
Selain itu, dengan masa kampanye yang kurang dari dua bulan yakni antara tanggal 25 September – 23 November 2024, para calon menghadapi tantangan besar dalam menyampaikan pesan mereka secara efektif.
Dalam situasi ini, konten kampanye cenderung menonjolkan citra dan impresi menarik ketimbang gagasan dan Solusi konkret. Hal ini membuat janji-janji kampanye sering kali tidak realistis dan kurang memperhattikan isu-isu nyata yang dihadapi pekerja.
Relevansi Pilkada bagi Pekerja.
Jika merujuk ILO (1998), “Pemilihan umum merupakan kesempatan bagi pekerja untuk mengangkat suara mereka dan memastikan bahwa hak-hak mereka dihormati dan dipromosikan dalam kebijakan pemerintah”.
Namun di lapangan hak-hak ini seringkali terpinggirkan oleh kepenttingan politik jangka pendek. Untuk itu, Masyarakat dan pekerja harus lebih kritis dalam menilai program dan janji politik para calon.
Alih-alih hanya terbuai oleh slogan, konstituen harus menuntut rencana aksi konkret yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan pekerja dan perlindungan hak-hak pekerja.
Sebagai pemilih, penting untuk memilih calon yang memiliki rekam jejak dalam memperjuangkan isu-isu pekerja dan yang memiliki rencana yang jelas untuk mengatasi tantangan yang ada.