Terdata, Risiko Stunting 55 Ribu Anak, Dipengaruhi Paparan Asap Rokok dalam Keluarga

RISIKO STUNTING: Perhatian Pemkot melalui TP PKK Palembang kepada anak-anak dari keluarga berisiko stunting.-FOTO: BUDIMAN/SUMEKS-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Meski secara tren turun, tapi angka risiko stunting di Kota Palembang masih terbilang tinggi.  Berdasarkan data Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Palembang 2023, angka risiko stunting mencapai 55 ribu anak. 

Kepala Bidang Kesejahteraan Keluarga DPPKB Palembang, Candra menyampaikan, angka stunting tahun 2024 berdasarkan data Dinas Kesehatan Palembang sebanyak 408 anak. 

BACA JUGA:Percepatan Penurunan Stunting

BACA JUGA:Gerakan Serentak Tekan Stunting

"Sedangkan data yang berisiko stunting diambil dari calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, dan lain-lain ini angkanya mencapai 55 ribu anak. Itu berdasarkan data pendataan keluarga pada 2023," bebernya usai rapat audit stunting di Rruang Parameswara Setda Kota Palembang, Rabu (26/6). 

Dikatakannya, jumlah risiko ini jauh sudah berkurang dari 2021 sebanyak 127 ribu anak. Kemudian pada 2022 terdata 62 ribu anak. “Untuk tahun ini, masih tahap verifikasi,” ucapnya.

Dikatakan berisiko stunting, ditentukan dari hasil pengukuran beberapa kriteria, misalnya lingkar lengan, berat badan, tinggi badan dan lainnya.

Untuk menurunkan risiko ini agar tidak menjadi benar-benar stunting, dilakukan intervensi melalui TPK (Tim Pendamping Keluarga). Di Palembang ada 2.490 TPK, terdiri dari bidan/tenaga kesehatan, kader KB, dan kader PKK. 

"Intervensi melalui TPK ini, seperti ada yang kurang gizi, maka TPK perlu mengantarkan/memberikan asupan gizi tambahan, pil tambah darah.

Kalau belum punya KK, maka tugas TPK menyampaikan ke Disdukcapil agar warga itu bisa dibuatkan KK," papar Candra. 

Tim ahli/pakar stunting dari RSUD Palembang Bari, Annisa Permatasari menyebutkan, salah satu penyebab stunting karena paparan asap rokok.

"Butuh peran posyandu, puskesmas dan tenaga kesehatan untuk mengedukasi masyarakat," katanya. 

Pasien ISPA anak di RSUD Palembang Bari contohnya, sebagian besar karena orang tuanya merokok. Dapat berulang dengan risiko mencapai 50 persen. 

“Kita perlu mengedukasi para orang tua. Kalau memang  tidak bisa mengurangi rokok, maka merokok di luar rumah. Kemudia,  mandi sebelum berinteraksi dengan anak karena racun rokok ini masih menempel di baju, rambut, dan lainnya,” beber dia.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan