Gary Kasparov, Juara Dunia Termuda, Jadi Politikus Dan Tantang Komputer
Garry Kasparov menjadi Juara Dunia Catur termuda pada tahun 1985, usianya kala itu 22 tahun -Foto: Tommy-
Pada akhrinya, Karparob kembali memenangkan rivalitas klasik tersebut dengan skor final 12.5-11.5.
Lalu pertandingan keempat mereka digelar di Seville, Spanyol, pada 1987. Untuk kali ini Karpov menjadi penantang utama setelah memenangkan Turnamen Kandidat.
Di pertandingan dwitarung mereka yang keempat ini, pertandingan berlangsung sengit dengan setiap permainan, kedua pecatur saling memimpin dengan selisih hanya satu angka.
Namun nahas, Karpov membuat blunder, sehingga Kasparov bisa memanfaatkan momentum, dan menjadi pemenang dengan skor sama 12-12.
Rivalitas mereka berakhir pada kejuaraan dunia di New York, AS dan Lyon, Perancis yang masing-masing menggelar 12 permainan.
Kasparov mengakhiri pertandingan dengan kemenangan yang sangat tipis, 12,5-11,5. Secara total, Kasparov meraih 21 kemenangan, 19 kalah, dan 104 seri dalam duelnya melawan Karpov.
Kejuaraan dunia ternyata menjadi awal merenggangnya hubungan Kasparov dan FIDE terutama ketika Presiden Campomanes menghentikan pertandingan pertama kejuaraan dunia melawan Karpov secara kontroversial.
Usai jadi Juara Dunia, Kasparov mulai menentang FIDE. Dia di 1986 embentuk Asosiasi Grandmaster (GMA). GMA merupakan organisasi yang berisi para pecatur profesional, dan memberi mereka kesempatan untuk bersuara di FIDE.
Pencapaian terbesar GMA ialah ketika menggelar enam turnamen Piala Dunia untuk para pemain top. Berpuncak di tahun 1993, kala itu, Kasparov bersiap melawan penantang baru, Nigel Short, pecatur yang mengalahkan Karpov di fase kualifikasi.
Usai tawar-menawar, namun berujung kepada hadiah uang yang tidak sesuai harapan. Akhirnya Kasparov dan penantangnya memutuskan bertarung di luar yurisdiksi FIDE.
Kasparov lantas memutuskan mendirikan Asosiasi Pecatur Profesional (PCA), keputusan yang diakuinya sebagai kesalahan terbesarnya dalam sebuah wawancara di 2007.
Usai keluar FIDE, Kasparov dan Short menggelar laga kejuaraan dunia mereka di Savoy Theatre London pada Oktober 1993. Kasparov menang secara meyakinkan dengan skor telak 12,5-7,5, dia menjadi Juara Dunia Catur versi PCA.
Sementara FIDE sendiri memutuskan menghelat kejuaraan dunia sendiri antara Karpov dengan Jan Timman, dua lawan yang dikalahkan Short. Karpov menang lawan Jan Timnan dan menjadi Juara Dunia Catur versi FIDE, sehingga terjadi dualisme juara dunia catur yakni Karpov dan Kasparov.
Walau tak jadi juara dunia resmi versi FIDE. Daya tarik Kasparov belum pudar, dia pada 10 Februari 1996 memulai laga melawan komputer super buatan IBM, Deep Blue.
Pada pertandingan pertama, Deep Blue yang mampu mengalkulasi 200 juta langkah per detik, berhasil mengalahkan Kasparov.
Kemenangan pada laga yang dihelat di Philadelphia ini sekaligus membuat Deep Blue menjadi program komputer pertama yang bisa mengalahkan juara dunia catur dalam sebuah turnamen.
Namun akhirnya, setelah enam babak, Kasparov memungkasi perlawanan Deep Blue dengan skor 4-2, dan berhak mendapatkan hadiah 400 ribu dolar AS.
Tanding ulang antara Kasparov dan Deep Blue digelar di New York tahun 1997.
Kasparov memenangkan laga pertama dan Deep Blue memenangkan yang kedua, kemudian tiha permainan berakhir remis.
Hingga endinya pada 11 Mei 1997, Deep Blue mengalahkan Kasparov dengan nilai 3,5-2,5. Lalu di tahun 2003, Kasparov kembali bertarung melawan program komputer bernama Deep Junior yang berakhir imbang.
Usai menjuarai turnamen prestisius Linares untuk kesembilan kalinya, Kasparov mengumumkan dia akan pensiun pada 10 Maret 2005.
Pertimbangannya kala itu, Kasparov sudah tidak lagi berambisi mendapatkan gelar, ditambah rasa frustrasi karena perseteruannya dengan FIDE.
Namun dia mengaku bakal berpartisipasi dalam beberapa turnamen catur cepat, sekadar untuk bersenang-senang dan kini dia menjadi politisi dan penulis buku.
Pernah berniat mencalonkan diri menjadi presiden saat Pilpres 2008.
Namun, akhirnya Kasparov gagal dinominasikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, ia pun menuduh pemerintah sengaja menghalanginya mencari tempat untuk menggelar konvensi. (*)