https://sumateraekspres.bacakoran.co/

KemenKopUKM Dukung X Beauty Menjadi Agregator Pengembangan UMKM Kecantikan

Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif KemenKopUKM, Fiki Satari, mengungkapkan bahwa sektor kecantikan di Indonesia kian bergairah-Foto: ist-

JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif KemenKopUKM, Fiki Satari, mengungkapkan bahwa sektor kecantikan di Indonesia kian bergairah, dengan lebih dari 400 pelaku usaha, di mana separuhnya terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

KemenKopUKM meyakini bahwa UMKM di bidang kecantikan memiliki prospek cerah dan potensi pertumbuhan yang pesat.

Demi mengoptimalkan perkembangan tersebut, KemenKopUKM mengadvokasi keterlibatan lebih banyak pihak dalam mendukung UMKM kecantikan untuk berkembang lebih baik.

Salah satu langkahnya adalah dengan menjadi agregator dan inkubator bagi para pelaku usaha, memudahkan akses pembiayaan, pasar, dan bahan baku.

BACA JUGA:BNI Gelar BNI Exporters Forum di Bandung, Dorong UKM Tembus Pasar Global

"Saya telah berdiskusi dengan Female Daily agar tidak hanya menjadi platform acara, tetapi juga dapat menjadi agregator dan inkubator seperti yang tengah kami kembangkan di KemenKopUKM, untuk memungkinkan UMKM mendapatkan akses pembiayaan, bahan baku, dan produksi secara lebih efektif," ujar Satari dalam acara Talkshow Beauty Event di Jakarta Convention Center.

Pameran X Beauty dipuji sebagai wadah bagi produk UMKM Indonesia di sektor kecantikan. Satari berharap acara serupa dapat diadakan secara massal di berbagai kota di Indonesia.

"Wadah seperti ini sangat kami apresiasi, dan kami akan terus mendorong agar acara semacam ini dapat menjadi lebih dari sekadar platform acara, tetapi juga menjadi agregator platform," tambahnya.

BACA JUGA:UKMC Telurkan 193 Sarjana, Wisuda Ke-XVIII Program Diploma, Sarjana dan Profesi Berlangsung Sukses

BACA JUGA:Seribu Sertifikat Halal Untuk UMKM, Dinas UKM Kerjasama BUMN/BUMD

Meskipun prospektif, pelaku UMKM kecantikan dihadapkan pada tantangan seperti ketergantungan pada bahan baku impor dan dominasi kemasan produk impor.

KemenKopUKM telah mengambil langkah-langkah regulatif untuk melindungi UMKM dan pasar lokal agar dapat bersaing dengan produk impor.

Selain itu, KemenKopUKM telah memulai inisiatif Rumah Produksi Bersama (RPB) untuk memfasilitasi produksi bahan baku UMKM dari hulu ke hilir.

"Contohnya adalah pengolahan komoditas Nilam sebagai bahan baku utama dalam pembuatan essential oils. Kita telah memilih lima lokasi pembangunan pabrik nilam di Aceh Besar, Aceh Selatan, Aceh Tamiang, Nagan Raya, dan Gayo Lues, masing-masing dengan dua rumah produksi.

Untuk pengelolaan RPB, nantinya akan dibentuk koperasi petani produsen dan penyuling nilam, serta diberikan pelatihan dari kelembagaan hingga pemasaran," pungkasnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan