Kejelian Polisi, Asal Usul Bayi yang Dibuang Terkuak dari Tulisan Sari pada Kardus, Ayah Biologisnya Dicokok
AYAH BIOLOGIS: Kapolres OKI AKBP Hendrawan Susanto SIK MH, interogasi tersangka Tauhid, ayah biologis dari bayi dalam kardus yang dibuang di Desa Sukamulya, Kecamatan Lempuing, Jumat lalu (10/5). -FOTO: KHOIRUNNISAK/SUMEKS-
Sikap bungkam korban, menjadi dimanfaatkan tersangka untuk mengulanginya berlainan waktu dan tempat. “Korban pun hamil dan melahirkan, bayi itu dibuang tersangka,” ulasnya.
Terungkapnya kasus ini, berkat kejelian aparat Polsek Lempuing dan Satreskrim Polres OKI. Dimana pada kardus tempat bayi itu dibuang, Jumat (10/5), terdapat potongan tulisan Sari.
“Dari hasil penyelidikan, ternyata itu nama dari Desa Sindang Sari. Kardus itu wadah dari bantuan pemerintah kepada masyarakat,” ungkap Hendrawan.
BACA JUGA:Surat Wasiat Dekat Bayi Dalam Kardus Mi Instan, Isinya Menyentuh dan Bikin Mewek
BACA JUGA:Karena Pisah Ranjang, Bunuh Bayi Sendiri, Pengakuan Janda asal Lubuklinggau
Polisi lalu berkoordinasi dengan pemerintah Desa Sindang Sari, mendata saja siapa saja yang sudah menerima bantuan. Akhirnya mengerucut pada satu keluarga.
Selanjutnya bersama bidan dan kades setempat, polisi mendatangi rumah korban A. “Ada tanda kehamilan pada anak A (dari hasil pemeriksaan bidan),” beber lulusan Akpol 2004 itu.
Dari keterangan korban A, terungkap yang menghamilinya adalah Taufid, pamannya sendiri. Sehingga polisi kemudian mencokok tersangka Tauhid, dan mengamankannya ke Mapolres OKI.
Sementara korban A yang masih anak bawah umur dan sudah melahirkan, dibawa penyidik Polres OKI untuk diperiksakan kesehatannya di RSUD Kayuagung. “Alhamdulillah kondisinya sehat,” ucapnya.
BACA JUGA:3 Tahun Lahirkan 306 Bayi Tabung, Estimasi Biaya Rp65-90 Juta
Sedangkan bayi laki-laki dalam kardus yang dibuang ke teras rumah warga bernama Neni Anjani, sempat dibawa ke rumah Kades Sukamulya, Margiono. Kebetulan ada anaknya yang perawat.
Saat itu berat bayi hanya 1,5 kilogram. “Sekarang bayi itu dalam perawatan di RS Azizah, Metro, Lampung. Beratnya sudah 1,8 kg, dan panjang 48 cm. Diberi nama Muhammad Mirsah Alfatih,” pungkasnya. (uni/air)