Ngobeng Nyaris Punah Dari Kultur Budaya Palembang Darussalam

Ngobeng Nyaris Punah Dari Kultur Budaya Palembang Darussalam foto : CharmingPalembang--

SUMATERAEKSPRES.ID-Ngobeng, Ngidang atau Bersaji. Tradisi ini merupakan bagian dari kegiatan adat di Palembang, Sumatera Selatan.

Ngobeng dilakukan dalam berbagai acara seperti pernikahan, khitanan, syukuran, dan perayaan keagamaan. Mari kita kenali lebih dekat tentang tradisi.

Tradisi Ngobeng merupakan hasil pembauran tradisi Islam dengan kebudayaan lokal yakni makan bersama menggunakan tangan secara langsung sambil duduk bersila.

Hal ini sesuai yang disunahkan Nabi Muhammad SAW. Ngobeng merupakan tradisi kental masyarakat Palembang.

BACA JUGA:Hindu Palembang Gelar Ngaben Massal untuk Pertama Kalinya

BACA JUGA:Pulau Pahawang: Destinasi Snorkeling di Lampung, Rute dari Palembang, dan Tips Wisata Hemat


Diketahui, asal Usul dan makna Ngobeng berasal dari era Kesultanan Palembang Darussalam dan merupakan tradisi Islam yang telah terasimilasi dengan budaya lokal.

Dalam ngobeng, makanan disajikan secara gotong-royong dan dimakan dengan tangan, mengikuti sunnah Nabi Muhammad.

Tradisi ini mempercepat kedatangan makanan di tempat acara dan meringankan beban pembawa makanan.

Cara pelaksanaan, Ketika ngobeng, hidangan disusun berdiri secara shaf dan kemudian dibagikan secara bergantian ke tempat makan pada acara yang bersangkutan.

BACA JUGA:4 Nama Mengerucut Dampingi Ratu Dewa: Siapa Pasangan yang Akan Bertarung di Pilkada Palembang?

BACA JUGA:Ujian ASAS Kenaikan Kelas SD dan SMP di Palembang Dimulai Hari Ini, Kepala Disdik Palembang Beri Penegasan Ini


Setiap hidangan ditujukan bagi delapan orang agar hadirin tetap dapat menjangkau sajian yang telah dihidangkan oleh penyelenggara acara.

Hidangan dalam ngobeng terdiri dari iwak (lauk), pulur (sayur, sambal, dan buah-buahan), serta nasi putih atau nasi minyak yang dihidangkan di dalam dulang yang diletakkan di tengah-tengah hidangan.

Perkembangan, dierah zaman Zetizen saat ini sayangnya, tradisi ngobeng sudah mulai jarang dilakukan, terutama oleh generasi muda.

Metode prasmanan semakin menggantikan penyajian makanan dalam berbagai acara di Palembang. Namun, penting untuk memahami dan melestarikan tradisi ini agar tidak punah.

BACA JUGA:Dinilai Teruji, Pembangunan Merata, Tokoh Palembang Sampaikan Dukungan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan