Jum’at Berkah dan Pengharap Berkah

Leo Andi Guna SPd MSi, Dosen Jurusan Politik Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang-FOTO: IST-

Seperti di daerah Jakabaring, yang nota bene sepi dari lalu lalang manusia. Mereka duduk di dalam becaknya berjam-jam (tidak mau mencari penumpang), dan ini jelas sekali terindikasi mereka menunggu pemberian sedekah Jum’at yang sewaktu waktu berhenti menghampiri mereka.

Jika ada kendaraan yang mampir kepada salah satu orang dipinggir jalan itu dan memberikan sedekahnya, maka tanpa dikomandoi secara serentak, yang lain yang tidak jauh di orang tersebut segera berhamburan menghampirinya dan minta sedekahnya. Sehingga muncullah pemikiran masyarakat. Apakah mereka yang menunggu Jum’at barokah sungguh-sungguh orang yang kurang mampu secara fisik ataukah mereka ini berpura-pura untuk dikasihani. 

Namun begitu secara fisik ada juga nenek-nenek yang sudah tua renta yang terlihat sangat membutuhkan bantuan dan ini sepertinya pantas untuk diberikan sedekah. Tapi pada akhirnya kita juga yang harus bisa memutuskannya. Kita yang memberikan sedekah Jum’at yang sudah iklas karna Allah Ta’ala. 

Terkadang ketika akan memberikan sedekah kesekian kalinya muncul praduga-praduga yang buruk dan otomatis mempengaruhi keiklasan pemberi sedekah. Sebetulnya banyak cara bersedekah di hari Jum’at. Sedekah jum’t yang sangat popular dilakukan yaitu di Mekkah dan Madinah. Masyarakat Arab berlomba lomba bersedekah di hari Jum’at khususnya untuk orang yang beribadah.

Akan tetapi kita bisa lihat juga yang dilakukan orang Indonesia seperti contoh masyarakat Desa Karang Anyar Kota Langsa Aceh. Mereka disana berlomba-lomba untuk memberikan sedekah baik dalam bentuk uang, makanan dan minuman kepada Jemaah sholat Jum’at di Masjid Baburrahmah Desa Karang Anyar, selain itu bentuk pelaksanaanya dilakukan dengan terkoordinir baik dari pihak pengurus masjid maupun dari kalangan para remaja masjidnya yang ikut berpartisipasi dalam membantu menyediakan dan membagi makanan dan minuman kepada para Jama’ah shalat Jum’at. ( LENTERA: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies. Volume 4, Nomor 1, Januari – Juni 2022, h. 15 – 24).

Hal seperti ini, sepertinya belum banyak diterapkan di kota Palembang khususnya dan Sumsel pada umumnya, selain tepat sasaran InsyaaAllah berkah dan iklas. Sehingga pahalanya InsyaaAllah berlipat-lipat. Semuanya kembali ke masyarakat muslim Palembang sendiri khususnya. Yang pasti, kebiasaan sedekah Jum’at jangan berhenti. 

Jika ingin tetap membagikan kepada masyarakat yang kurang mampu dipinggir jalan atau dimanapun. Sebaiknya bervariasi di setiap Jum’atnya sehingga tidak ada keragu-raguan dan kebimbangan. Sesungguhnya semua i’tikad baik seseorang muslim ketika bersedakah, Allah sudah catat satu kebaikan dan InyaaAllah akan Allah balas berlipat-lipat. Wallohu aklam. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan