Guru Masih Berselimut Masalah
Tuntutan Guru Honorer dan Tendik--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID–Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2024 menjadi momen para guru, utamanya guru honorer berjuang menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi.
"Guru honorer masih berselimut masalah,” cetus Ketua Forum Honorer K2 Palembang Tri Andriyansyah Putra. Mulai dari pembayaran gaji terkendala dengan tidak sinkronnya kebijakan, ada yang tidak terdata pada Dapodik dan Arkas, serta tidak bisa dibayarkan gajinya dengan alasan apa pun.
BACA JUGA:Sekali Saja, Berikan Kami Kemudahan, Harapan Para Guru Honorer
“Bahkan, sejumlah sekolah merumahkan guru honorer karena tidak bisa membayar gajinya," beber dia. Persoalan ini terus terjadi. Salah satu solusi, membuka kembali Dapodik, sehingga Arkas bisa mengalokasikan dana untuk bayar gaji guru honorer.
Ada lagi, proses rekrutmen PPPK Guru yang masih menyisakan permasalahan. Saat ini masih menggantung, Dinyatakan lulus tapi tidak menerima SK. “Ikut seleksi kembali pun tidak bisa. Pengadaan formasi tenaga pendidik masih belum. Semua ini membuat gelisah para tendik,” ungkapnya.
Di momen Hardiknas tahun ini, Tri berharap semua permasalahan itu dapat segera diselesaikan pemerintah. Ada solusi terbaik untuk para guru.
Sementara, Analis Utama Kebijakan Pendidikan dan sekaligus pengamat pendidikan Sumsel, Drs H Riza Fahlevi mengatakan, momentum Hardiknas 2024 momentum untuk bergerak bersama dan kompak.
"Semoga pendidikan berkualitas di Sumsel akan terwujud. Anak - anak yang semakin cerdas berakhlak mulia, dan maju serta SDM Sumsel mempunyai daya saing yang tinggi," katanya
Menurutnya, dibutuhkan kekompokan dari semua pengelola pendidikan di Sumsel. Sesuai arahan Kemendikbudristek, bersama bergerak untuk lanjutkan Merdeka Belajar. “Pemerataan pendidikan itu sangat penting. Tapi tidak kalah penting lagi adalah kualitas,” imbuhnya.
Sekolah negeri maupun swasta harus bersama bergerak dan akor jangan mengambil keputusan sendiri. Sebelumnya, Mendikbudristek Nadiem Makarim menyampaikan, Gerakan Merdeka Belajar semakin menyadarkan pihaknya tentang tantangan dan kesempatan yang kita miliki untuk memajukan pendidikan Indonesia.
Kata Nadiem, bukan hal yang mudah untuk mentransformasi sebuah sistem yang sangat besar. Bukan tugas yang sederhana untuk mengubah perspektif tentang proses pembelajaran.
“Pada awal perjalanan, kita sadar bahwa membuat perubahan butuh perjuangan. Rasa tidak nyaman menyertai setiap langkah menuju perbaikan dan kemajuan. Kemudian, ketika langkah kita mulai serempak, kita dihadapkan dengan tantangan yang tak pernah terbayangkan yakni pandemi,” imbuh dia.
Pandemi memberi kesempatan untuk mengakselerasi perubahan. Wajah baru pendidikan dan kebudayaan Indonesia dibangun bersama dengan gerakan Merdeka Belajar.