PTAR Bantu Haloman Mandiri, Wujudkan Cita-Cita Maesaroh
MENUNGGU OPERASI : Pasien operasi katarak gratis PT Agincourt Resources (PTAR) menunggu giliran operasi di RS Khusus Mata Mencirim 77 Medan.-Foto : DOK PTAR-
Program ini bukti nyata komitmen perusahaan meningkatkan akses masyarakat terhadap pemulihan mata berkualitas dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama pada tujuan nomor 3 yakni menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
Implementasi ESG Untuk Pertambangan Berkelanjutan
Operasi katarak gratis hanya salah satu bentuk praktik pertambangan berkelanjutan PTAR di bidang kesehatan. Ada banyak inisiatif ESG (environment, social, dan governance) lain yang juga diterapkan, baik itu di bidang pendidikan, ekonomi, lingkungan, hingga energi baru terbarukan (EBT). Penerapan ESG dianggap penting untuk menjaga keseimbangan antara tujuan ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
Upaya PTAR itu misalnya pada program pelestarian lingkungan, perusahaan melakukan pelepasan tukik (anak penyu) di Pantai Barat, Muara Opu, Kecamatan Muara Batang Toru (7/1/2024), menanam 90.305 bibit pohon sepanjang tahun 2012-Oktober 2023 di area operasional tambang dan luar area dengan potensi serapan karbon sebesar 22.453 ton CO2e, menyemai bibit tanaman lokal di fasilitas pembibitan (nursery) untuk program rehabilitasi lahan pasca tambang. Hingga 2022, PTAR telah merehabilitasi lahan seluas 34,6 hektar dan pada 2022-2026 akan merehabilitasi 39 hektar lahan di area tanggul TSF dan berbagai titik eksplorasi.
Selanjutnya member of Astra ini menginisiasi aksi bersih sampah dan penanaman bibit pohon di pinggir sungai bersama ratusan warga Desa Garoga, Aek Ngadol, dan Batu Horing (18/11/2023), mengajak masyarakat memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk kompos untuk pertanian dan perkebunan, mendaur ulang sampah plastik secara mandiri melalui fasilitas pemilahan sampah (waste sortation facility/WSF).
Di bidang pendidikan, PTAR menjalankan program E-Coaching Jam (ECJ) dan OlympiAR untuk mahasiswa berupa sosialisasi dan kompetisi yang menyebarluaskan praktik pertambangan berkelanjutan. Ada pemberian beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa di Tapsel untuk menjamin kualitas pendidikan masyarakat, serta meningkatkan kesempatan belajar tanpa khawatir biaya.
Di bidang pemberdayaan masyarakat, PTAR melakukan pendampingan budidaya pertanian organik kepada petani sejak tahun 2013, khususnya ke beberapa kelompok tani yang berada di sekitar lingkar tambang. Seperti pada kelompok tani Aek Pahu dan Gria Upa Tondi di Desa Napa, Batang Toru. Pemberdayaan ekonomi pada kelompok usaha perempuan batik Tapsel, Batok Craft dan kelompok menjahit, serta pembinaan Koperasi Sarop Do Mulana yang mengelola palet kayu bekas dari PTAR menjadi furnitur.
Di bidang EBT, PTAR mengalihkan sebagian penggunaan listriknya dari pembangkit listrik fosil ke pembangkit listrik energi terbarukan. Hal ini terepresentasikan dari sertifikat EBT (renewable energy certificate/REC) yang diterbitkan PLN. Sepanjang semester I 2023, PTAR telah menggunakan 16.300 unit REC atau setara 16.300 MWH listrik. Serta mengoperasikan panel surya berkapasitas 2,1 MWP di kawasan Tambang Emas Martabe.
Semua langkah ini wujud dukungan terhadap dekarbonisasi dan upaya Pemerintah Indonesia mengejar target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sesuai dengan dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Perjanjian Paris 2015. Bahwa setiap negara sepakat mengurangi emisi GRK, membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat celcius atau idealnya 1,5 derajat celcius.
Diketahui laporan inventarisasi GRK dan MPV 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, produksi emisi GRK di Indonesia tahun 2019 mencapai 1,86 miliar ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e). Jumlah itu meningkat pesat dibanding 2 dekade sebelumnya. Tahun 2001 masih 461,4 juta ton, sementara 2002 sebesar 742,3 juta ton. Penyumbang emisi GRK tertinggi berasal dari sektor energi (penggunaan energi fosil) sebesar 638,8 juta ton atau 34 persen, menyusul FOLU (forest and other land uses), kebakaran hutan, limbah, pertanian, dan IPPU (industrial process and production use).
Efek GRK meningkatkan global warming atau kenaikan suhu bumi global. Data Rudebusch (2019) seperti dirilis Bank Indonesia (BI), pada 1980 suhu bumi baru sebesar 0,25 derajat celcius, naik 2 kali lipat lebih cepat menjadi 1 derajat celcius tahun 2020. Sementara laporan World Meteorological Organization memperkirakan antara tahun 2023-2027, suhu global akan bertambah hingga mencapai ambang kritis 1,5 derajat celcius. Sehingga ada kemungkinan 98 persen pada 5 tahun ke depan akan menjadi rekor terpanas.
Fenomena perubahan iklim berdampak pada lingkungan, populasi global terpapar gelombang panas, kenaikan permukaan air laut, penurunan hasil perikanan, hasil panen, kepunahan tanaman, hewan dan terumbu karang, curah hujan tinggi memicu bencana banjir dan longsor, pergeseran musim kemarau lebih lama dari normalnya, meluasnya kekeringan dan penyakit, dan lain sebagainya.
Untuk itu perlu mitigasi bersama melalui kesadaran pembangunan berkelanjutan di berbagai sektor, termasuk pertambangan. “Kami akan terus menjalankan berbagai strategi demi mengejar dekarbonisasi industri untuk turut mengurangi emisi GRK. Karena perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kehidupan kita,” kata General Manager Operations PTAR, Rahmat Lubis. (fad)