Subsidi BBM-LPG Terancam Jebol, Imbas Harga ICP Naik
--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Oil Price (ICP) diprediksi bakal meroket setelah Iran meluncurkan drone dan rudal peledak ke Israel sebagai balasan atas serangan Israel terhadap konsulatnya di Suriah, Sabtu (14/4) malam.
Imbas kenaikan harga minyak nantinya akan berdampak pada anggaran subsidi dan kompensasi energi RI berupa BBM dan LPG yang terancam jebol dari asumsi APBN.
BACA JUGA:Salurkan BBM-LPG Sesuai Kuota Subsidi, Solar 17,8 Juta Kl, LPG 3 Kg 8,03 Juta MT
BACA JUGA:Subsidi Listrik ke PLN Rp75.83 T, Negara Hadir Sediakan Listrik Terjangkau
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji memprediksi kenaikan ICP akan tembus mencapai US$100 per barel. Terlebih, menurutnya, ICP memang sudah terpantau naik sejak terjadinya dinamika geopolitik di Timur Tengah.
Tutuka membeberkan jika harga ICP benar tembus US$100 per barel dan kurs dollar terhadap rupiah naik menjadi Rp15.900, maka subsidi dan kompensasi BBM akan naik menjadi Rp250 triliun dari sebelumnya diasumsikan dalam APBN sebesar Rp161 triliun.
"Kemudian untuk LPG juga naik menjadi Rp106 triliun dari asumsi sekarang ini APBN sebesar Rp83,3 triliun. Tentunya totalnya ini akan sangat besar, kalau kita totalkan bisa sampai Rp213 triliun," lanjut Tutuka Ariadji.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan saat ini harga minyak belum mencapai US$100 per barel. Oleh sebabnya, ia enggan menanggapi lebih lanjut soal prediksi dari Kementerian ESDM. "Pertama kita tidak mau membahas kalau. Karena kalau, kalau dibahas antisipasinya banyak sekali," kata Airlangga, Kamis (18/4).
Namun, kata dia, hingga saat ini pemerintah terus berkomitmen melakukan monitoring terhadap harga minyak yang fluktuatif. Mulai dari pantauan harian hingga bulanan.
"Tapi pemerintah mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada dan pemerintah memonitor, baik itu harian maupun bulanan, dan tentu merespons nanti sesuai dengan kejadiannya. Kalau sekarang kejadiannya belum sampai situ. maka tentu kita tidak mengandai-andai," pungkas Airlangga.
Mengutip Reuters, harga minyak sedikit berubah setelah turun 3 persen pada sesi sebelumnya karena pasar masih khawatir terhadap permintaan tahun ini dan tanda-tanda bahwa konflik yang lebih luas di wilayah penghasil minyak utama di Timur Tengah dapat dihindari.
Brent berjangka naik 13 sen atau 0,15 persen menjadi US$87,42 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan 6 sen lebih tinggi atau naik 0,07 persen menjadi US$82,75 per barel pada 06.36 GMT.
BACA JUGA:Salurkan Sesuai Kuota Pemerintah, BBM Subsidi
BACA JUGA:Pertahankan Harga BBM Non Subsidi