Penyakit Blas Sebabkan Malai Padi Tak Berisi

MONITORING: Zaenul Khusnah SP, petugas PPEP POPT, saat melakukan monitoring OPT di lahan milik Kelompok Tani Harapan Jaya Desa Megang Sakti 2, Kecamatan Megang Sakti, Musi Rawas. -ist-

MUSI RAWAS, SUMATERAEKSPRES.ID –  Monitoring dan pemantauan terus dilakukan petugas penyuluh pertanian pada areal persawahan padi. Hal ini tujuannya untuk mengawas dan melihat tanaman bebas dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

Seperti yang dilakukan Zaenul Khusnah SP, petugas PPEP POPT di Kelompok Tani Harapan Jaya Desa Megang Sakti 2 Kecamatan Megang Sakti, Musi Rawas.

Luas hamparan lahan pertanian ini memiliki lahan seluas 25 Ha dengan umur tanaman 70-80 hari setelah tanam (hst). Varietas yang ditanam yakni Inpari 32 dan IR 48. Berdasarkan pengamatan, OPT yang ditemukan yakni Blas daun dengan luas serangan 0,5 Ha dan intensitas 2,3%.

BACA JUGA:Monitoring Pasar Gelumbang, Antisipasi Lonjakan Harga

BACA JUGA:Harga Beras Masih Tinggi, Gencar Monitoring Harga dan Keamanan Pangan

Penyakit blas sendiri disebabkan jamur Pyricularia  grisea. Jamur P grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi. Mulai dari persemaian sampai menjelang panen. 

‘’Gejala serangan blas daun dapat kita lihat dengan ciri bercak berwarna kuning kecoklatan dan abu-abu berbentuk belah ketupat,’’ ujarnya.

Pada fase generatif jamur ini dapat menyerang malai padi yang mengakibatkan malai hampa atau tidak berisi yang biasa disebut petani dengan patah leher. 

Sedangkan musuh alami yang ditemukan yaitu Laba-laba, Coccinellidae, Paederus dan Ophionea.

BACA JUGA:Bantu Bibit Gratis untuk Petani, Padi dan Jagung Masing-Masing Dijatah 2 Juta Hektare

BACA JUGA:Produksi Padi Naik Dua Kali Lipat

Terkait serangan penyakit tersebut, petani diminta melakukan berbagai rekomendasi seperti melakukan sanitasi lingkungan. Lalu,  melakukan pengendalian menggunakan APH Paenibacillus polymyxa.

‘’Jika luas dan intensitas serangan meningkat, kendalikan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif Methil tiofanat,’’ katanya.

Selain itu, lanjutnya, petani juga diminta untuk terus melakukan monitoring lanjutan untuk memantau perkembangan OPT.  ‘’Karena pemantauan terhadap perkembangan OPT harus dilakukan agar bisa segera mengambil langkah lanjutan dan tak mengganggu produksi padi,’’ katanya. (sms)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan