Kasus DBD Tinggi, Siklus 5 Tahunan, Sudah Lebih 10 Penderita Meninggal
RISIKO KEPARAHAN: Vaksinasi lengkap bisa mengantisipasi risiko keparahan DBD.--
Sejauh ini, kasus DBD di OKI sendiri sudah menurun, meski masih ada yang menjalani perawatan di RSUD Kayuagung. Tercatat Januari 27 kasus dan Februari 22 kasus. “Kita harap masyarakat juga menerapkan 3M untuk berantas jentik nyamuk Aedes Aegypti,” tuturnya.
Kabid Pelayanan Medik RSUD Kayuagung, dr Hj Lubna MKes menjelaskan saat ini ada 13 pasien DBD menjalani perawatan, didominasi anak-anak.
Di Baturaja, pada Januari-Maret 2024 terjadi peningkatan kasus DBD. Total 164 kasus dengan korban meninggal dunia 4 orang anak. Yakni Dellya Sadela Putri (10), warga Desa Bandar Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Azzahra Risky Febriansyah (8), warga Jl Veteran LR Veteran Kelurahan Kemalaraja.
Kadin Kesehatan OKU, Deddy Wijaya melalui Kabid P2P Andi Prapto menyampaikan peningkatan kasus DBD terjadi di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di OKU. "Ini merupakan siklus 5 tahunan," ujarnya. Disebut Andi, masyarakat diminta menjaga pola hidup bersih dan sehat termasuk upaya 3 M seperti menguras, menutup, dan menimbun barang bekas. Pihaknya juga melaksanakan fogging atau pengasapan di sekitar rumah warga dan sekolah sekolah.
BACA JUGA:Dinkes PALI Sebar Bubuk Abate ke Warga agar Cegah DBD
BACA JUGA:DBD Meningkat, Satu Meninggal
Kepala Puskesmas Kemalaraja, dr Susi Prihatiningsih mengakui seorang anak bernama Azzahra Risky telah meninggal karena DBD. Pihaknya pun turun melakukan penyemprotan di RT 13 tempat sekitar kediaman anak tersebut. "Dari hasil epidemologi atau pemeriksaan di lapangan. Memang ditemukan ada jentik nyamuk seperti dalam bak, kaleng bekas,” tuturnya.
Dr dr Rini Pratiwi MKes, Kepala Dinkes Banyuasin menyebut pihaknya melakukan fogging dan imbauan 3M ke masyarakat. “Kita penyuluhan dan menyebarluaskan informasi edukasi pencegahan dan pengendalian DBD,” jelasnya. Jika masyarakat mendapatkan keluhan demam disertai perdarahan segera datangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. "Itu gejala penyakit DBD, " ungkapnya. Data Januari 2024, ada 4 orang meninggal dunia dari 74 kasus DBD.
Di Lahat sepanjang 2023 ada 209 kasus DBD, sedangkan periode Januari 2024 terdata 59 kasus. Kadinkes Lahat Taufiq M Putra SKM melalui Mulawarman SKM MKM, Sub Kordinator P2PM menjelaskan untuk kasus meninggal dunia belum ada. "DBD biasa terjadi pada dua musim. Pertama saat pencaroba dari musim hujan ke musim kemarau, lalu sebaliknya dari kemarau ke musim hujan," sampainya.
Bila ada warga suspect terkena DBD langkah awal bawa ke dokter atau fasilitas kesehatan yang ada. Asupan gizi dan vitamin pasien tetap dijaga sampai sembuh total. "Karena ada fase saat panas tinggi lalu turun dianggap sudah sembuh. Kalau tidak dijaga dan diobati bisa kembali panas tinggi. Saat itu fase cukup berbahaya," sampainnya.
Sementara Dinkes Kota Palembang melaporkan per 2 Februari 2024 ada 216 kasus DBD dengan 3 pasien DBD meninggal, meningkat signifikan dibanding 29 Januari 2024 yang sebanyak 180 kasus. Kabid P2P Dinkes Kota Palembang, Yudhi Setiawan SKM MEpid menjelaskan pihaknya mengambil langkah cepat dengan membagikan larvasida ke 216 rumah warga terjangkit DBD.
BACA JUGA:Satu Korban DBD Meninggal Dunia, Warga Desa Sungai Air Pidara
BACA JUGA:Awas, Ini Bahayanya Jika Terjangkit DBD Berulang
Masih kata Yudhi, DBD menyerang warga kelompok usia 5-14 tahun terdata ada 123 kasus, 15-44 tahun 54 kasus, 1-4 tahun 32 kasus, lebih dari 44 tahun 2 kasus, dan kurang dari 1 tahun 5 kasus. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, DBD menyerang 113 laki-laki dan 103 perempuan. Pihaknya tak bosan mengingatkan, penyakit DBD ditularkan nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes aegypti cukup mudah dikenali dengan warnanya yang belang hitam-putih dengan ciri fisiknya kecil. “Mereka tidak suka mendiami tempat yang kotor, tapi menyasar tempat-tempat bersih, seperti bak mandi,” tambahnya.