Kasus DBD Tinggi, Siklus 5 Tahunan, Sudah Lebih 10 Penderita Meninggal

EKSTREM: Kasus DBD meningkat saat cuaca ekstrem--

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID – Kasus demam berdarah dengue (DBD) hampir semua daerah di Sumsel meningkat. Rumah sakit penuh. Jika ditotal, sudah lebih 10 penderita sakit ini tak tertolong. Ada yang menyebut, tahun ini siklus 5 tahunan DBD.

Seperti di RSUD Martapura, jumlah pasien DBD yang dirawat meningkat dari Desember 2023 hanya 3 kasus, pada Januari-Februari 2024 ada 8 kasus. Lantaran cuaca hujan, jentik nyamuk Aedes Aegypti cepat berkembang biak. Ada satu pasien meninggal karena komplikasi berat, yakni amenia aplastik atau ada kelainan darah Januari lalu. 

 “Pasien meninggal karena komplikasi berat, yakni amenia aplastik atau ada kelainan darah,” ujar Direktur RSUD Martapura dr Dedy Damhudi melalui Humas RSUD Martapura Immala Dewi.

Saat masuk rumah sakit, pasien ini langsung dirawat di IGD. Ketika itu kondisinya sudah tidak sadar. “Saat pemeriksaan trombosit dan HB-nya turun. Diagnosa penyertanya itu DBD, kendati bukan meninggal karena DBD murni, namun komplikasi," jelasnya.

Saat ini RSUD Martapura masih merawat lima pasien yang diduga terkena DBD. "Kita menunggu hasil pemeriksaan laboratorium," ujarnya. Ia juga menyampaikan, kebanyakan kasus DBD terjadi di Kecamatan Martapura, seperti di Desa Kotabaru, Kelurahan Terukis Rahayu, Kelurahan Banu Ayu. 

BACA JUGA:DBD Melonjak, Pemkot Gelar Fogging Serentak

BACA JUGA:Pasien Rawat DBD Meningkat, 1 Kasus Meninggal

Di Muara Enim juga demikian. Dinkes meminta masyarakat aktif melakukan pencegahan dan membersihkan lingkungan. Data selama 2024 tercatat ada 96 kasus DBD di Muara Enim dengan satu orang meninggal dunia. "Kasus ini meningkat dari Desember 2023 sampai Maret 2024, karena peralihan musim dari kemarau ke musim penghujan," ujar Kadinkes Muara Enim dr Eni Zatila MkM, Kamis (22/2). 

Sekarang hal terpenting adalah pencegahan, seperti pembasmian sarang nyamuk oleh masyarakat. "Nyamuk biasa bersarang di ban-ban dan kaleng-kaleng bekas yang digenangi air juga ember-ember penampungan air," terangnya. Desember lalu sudah ada edaran Bupati meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD ke seluruh camat, OPD, masyarakat. 

Menurutnya, jika hanya mengandalkan fogging dinilai kurang efektif karena fogging hanya digunakan untuk wilayah temuan kasus baru, pemberian fogging juga diameter 100 rumah, hitungannya jarak terbang nyamuk. Dirinya mengimbau puskesmas meningkatkan pemahaman terkait hal ini. Dari 96 kasus temuan yang terpapar DBD paling tinggi di wilayah Muara Enim dan Tanjung Enim.

Pasien DBD meninggal karena terlambat mendeteksi, sehingga perlu penyuluhan ke masyarakat. "Bila ada warga demam tinggi dan panasnya tidak turun, di hari ketiga masyarakat kerap lengah saat panas sang anak turun, trombosit ikut turun. Inilah berbahaya karena memanifestasi pendarahan," ungkapnya. Misalnya pendarahan dari hidung dan muncul ruam merah, lemas lesu, sehingga pasien perlu dibawa ke RS. 

BACA JUGA:Kasus DBD di RSUD Martapura Meningkat, 1 Pasien Dirawat Meninggal

BACA JUGA:Penyakit DBD Meningkat, Dampak Curah Hujan Tinggi

Di Kayuagung OKI, Alifa (6) pasien DBD dari Desa Sungai Pidara, Kecamatan Pangkalan Lampam meninggal dunia di salah satu RS Kota Palembang, Rabu (14/2). "Kejadian ini langsung dilaporkan ke Dinkes OKI," terang Muji, warga Desa Sungai Pidara. Dia berharap setelah ini tak ada lagi korban DBD di desa tersebut dan meminta Dinkes OKI melakukan fogging. Kepala Dinkes OKI, H Iwan Setiawan MKes melalui Sekretaris Dinas, Herman mengatakan pihaknya gelar fogging di Desa Air Pedara karena ada laporan pasien DBD meninggal dunia. “Sekarang ini fogging juga digelar 33 puskesmas yang tersebar di wilayah OKI,” tuturnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan