Disway Gratis
Tulisan pertama Dahlan Iskan, yang dibuat 9 Februari 2018 di edisi pertama Disway.-foto: disway.id-
Banyak anak muda mendirikan usaha bersama sesama teman sekelas. Lalu kandas. Bertengkar. Bubar. Itu karena mereka berbagi rata: sahamnya sama-sama sepertiga.
Persahabatan trio Iwan-Gepeng-Eka langgeng karena salah satu dari mereka mayoritas.
BACA JUGA:Suka Makan
BACA JUGA:Karagenan Alor
Soal sejarah lahirnya Disway sendiri, biarlah bung Joko Intarto sendiri yang bercerita. Inilah tulisannya. Judulnya: NOSTALGIA DISWAY
***
Selamat datang era metamorfosis media. Tema ini saya kira cocok untuk semua pelaku industri yang saat ini tengah menyiapkan perhelatan akbar: Hari Pers Nasional. Dari luar gelanggang, saya menulis sebuah catatan.
Saya ingat hari ini empat tahun yang lalu: Bersama Mas Ahmad Zaini, Mas Nawie, dan Mas Gepeng, kami berjibaku menyelesaikan website Disway. Hari ini hingga tiga hari kemudian kami sibuk luar biasa.
Tidak peduli waktu. Handphone on terus. Grup WhatsApp dengan member empat orang itu terus meng-update informasi perkembangan Disway.
BACA JUGA:Klimaks Kedua
BACA JUGA:GovTech Merdeka
Mas Gepeng yang nama aslinya Julius mengerjakan website. Mas Nawie yang nama aslinya Edy Hermawan mengurus server.
Saya mengedit 10 artikel pertama tulisan asli Pak Dahlan Iskan. Mas Zaini membuat web desain dan ilustrasi gambar 10 artikel perdana. "Tanggal 9 Februari 2018 Disway harus online, tepat pukul 09.00 WIB,’’ kata Pak Dahlan.
Website Disway memang disiapkan sangat cepat. Hanya beberapa hari saja. Semua gara-gara Pak Dahlan yang masih ogah-ogahan menulis artikel.
Saat saya datangi di apartemennya di SCBD untuk memintanya menulis lagi. Ia tak goyah. "Saya sudah tidak mau menulis lagi," jawabnya pada kunjungan pertama.