Disway Gratis

Tulisan pertama Dahlan Iskan, yang dibuat 9 Februari 2018 di edisi pertama Disway.-foto: disway.id-

Saya pulang dari apartemen itu dengan perasaan nano-nano. Senang tapi juga senep. Gagal menemukan nama yang disukai berarti mimpi saya untuk menikmati tulisan Pak Dahlan setiap hari harus dikubur dalam-dalam.

Sudah hari ketiga. Nama website itu tak kunjung saya dapatkan. Habis Magrib harus sudah sampai apartemen Pak Dahlan. Mempresentasikan konsep website dengan filosofi namanya.

Saat salat Asar, pikiran saya tidak konsen. Salat tapi pikiran ke mana-mana. Tiba-tiba terlintas nama: Disway. Dahlan Iskan Way.

BACA JUGA:Doktor Teguh

BACA JUGA:Pengkhianat Drone

Cerita jalan hidup dan jalan pikiran Dahlan Iskan. Seperti judul buku: The Toyota Way. Itu saja yang disodorkan.

Segera saya kontak Mas Zaini mengabarkan nama Disway. Saya ingatkan agar segera siap-siap ketemu Pak Dahlan lagi.  

Agar lebih lancar, saya belikan oleh-oleh kesukaannya. Seekor ingkung utuh: ayam kremes presto dari di Restoran Ny Lina. "Apa nama website-nya?" tanya Pak Dahlan.

"Makan dulu Abah. Nanti setelah makan saya akan jelaskan. Pokoknya nama website ini saya temukan di tengah-tengah salat Asar," kata saya.

BACA JUGA:Nusantara Indonesia

BACA JUGA:Emas Budi

Pak Dahlan tiba-tiba tertawa. Mungkin jawaban saya lucu. "Berarti Anda tidak salat dengan khusuk," komentarnya.
Saya pun ikut tertawa.

Siasat berhasil. Pak Dahlan makan malam dengan lahapnya. Walau dengan porsi yang sangat sedikit. Saya dan Mas Zaini yang harus menghabiskan semuanya.

"Apa nama website-nya?" tanya Pak Dahlan lagi. "Disway. Dahlan Iskan Way. Seperti The Toyota Way,’’ jawab saya.
"Nama lainnya apa?" sahutnya.

"Ada yang lain, tapi saya menjagokan Disway saja. Kalau tidak setuju, apa boleh buat," jawab saya.   "Oke setuju!" jawab Pak Dahlan. "Saya bisa menulis mulai kapan?" tanyanya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan