5 Alasan Orangtua Harus Menahan Diri Posting Foto Anak di Medsos

Reporter: Akda |

Editor: Rian Sumeks |

Jumat , 26 Jan 2024 - 11:21

5 Alasan Orangtua Harus Menahan Diri Posting Foto Anak di Medsos.-Foto: Canva-

Screenshot dan reposting di luar kendali orangtua dapat membentuk persepsi anak terhadap dirinya sendiri ketika sudah dewasa.

Kesadaran ini menjadi krusial, seiring anak tumbuh dan mulai memahami dunia di sekitarnya.

4. Membuka Risiko Penculikan Anak

Keamanan anak harus menjadi prioritas utama. Beberapa kasus penculikan anak terjadi karena penculik memperoleh informasi dari media sosial orang tua.

Oleh karena itu, penting untuk membatasi informasi yang diunggah, termasuk nama lengkap, sekolah, dan tanggal lahir anak.

5. Menarik Orang-orang Berbahaya

Ancaman online tidak hanya sebatas bullying. Keberadaan predator anak online membuat orang tua semakin berhati-hati.

Foto dan informasi anak di media sosial dapat menarik perhatian orang-orang berbahaya, seperti pedofilia.

Menjaga privasi anak di dunia maya menjadi kewajiban orangtua guna melindungi buah hati dari ancaman yang tak terduga.

Keputusan untuk membagikan atau menahan diri dari memposting foto anak di media sosial menjadi pilihan yang berat dan penuh pertimbangan.

Sebagai orang tua, kesadaran akan dampak jangka panjang dari setiap unggahan menjadi kunci untuk menjaga keamanan dan privasi anak di dunia digital yang terus berkembang.

5 alasan orangtua harus menahan diri posting foto anak di medsos                            sumateraekspres.id- era digital, di mana segala sesuatu terekam dan terdokumentasi di media sosial, membuat banyak orang cenderung membagikan momen kehidupan mereka, termasuk anak-anak, dengan dunia.
namun, tak semua orangtua memiliki kebiasaan serupa. beberapa memilih untuk menahan diri dari memposting foto anak sembarangan di media sosial, dan ini bukan tanpa alasan.
1. melanggar hak privasi anak
hak privasi anak menjadi hal yang semakin diabaikan ketika orang tua dengan sukarela membagikan momen anak di media sosial.
baca juga:samsung buka program beasiswa pelatihan digital bagi pelajar sma dan mahasiswa, bisa daftar kelompok!
baca juga:dorong asn jadi garda terdepan wujudkan pemilu damai di ruang digital
anak-anak sejak usia dini mulai mengembangkan identitas pribadi mereka, dan eksposur berlebihan di media sosial dapat merusak proses ini.
2. digunakan sebagai bahan bullying
postingan tentang anak dapat menjadi senjata ganda. selain menjadi sasaran ejekan di dunia nyata, informasi dari media sosial bisa menjadi amunisi untuk bullying online.
orang-orang di sekitar anak dapat menggunakan informasi yang diunggah orang tua untuk menghina dan mengolok-olok anak yang masih tumbuh dan berkembang.
baca juga:gawat! ternyata korban perampokan rp131 juta, viral di medsos awalnya dikira pengeroyokan
baca juga:sinergi tangkal hoax yang disebar medsos, kabid humas polda sumsel sambangi graha pena
3. membangun rekam jejak anak
orangtua perlu menyadari bahwa apa yang diunggah di dunia maya bisa menjadi rekam jejak anak yang tak terhapus.
screenshot dan reposting di luar kendali orangtua dapat membentuk persepsi anak terhadap dirinya sendiri ketika sudah dewasa.
kesadaran ini menjadi krusial, seiring anak tumbuh dan mulai memahami dunia di sekitarnya.
4. membuka risiko penculikan anak
keamanan anak harus menjadi prioritas utama. beberapa kasus penculikan anak terjadi karena penculik memperoleh informasi dari media sosial orang tua.
oleh karena itu, penting untuk membatasi informasi yang diunggah, termasuk nama lengkap, sekolah, dan tanggal lahir anak.
5. menarik orang-orang berbahaya
ancaman online tidak hanya sebatas bullying. keberadaan predator anak online membuat orang tua semakin berhati-hati.
foto dan informasi anak di media sosial dapat menarik perhatian orang-orang berbahaya, seperti pedofilia.
menjaga privasi anak di dunia maya menjadi kewajiban orangtua guna melindungi buah hati dari ancaman yang tak terduga.
keputusan untuk membagikan atau menahan diri dari memposting foto anak di media sosial menjadi pilihan yang berat dan penuh pertimbangan.
sebagai orang tua, kesadaran akan dampak jangka panjang dari setiap unggahan menjadi kunci untuk menjaga keamanan dan privasi anak di dunia digital yang terus berkembang.