https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik Dari Sekolah

KONVERSI MOLIS : Isropil, guru SMKN 2 Palembang melihat siswanya, Varel dan Alif Khaidar praktek mengonversi motor BBM menjadi motor listrik.-Foto : Rendi/Sumeks-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Motor listrik (molis) rakitan Varel Adiansyah (17) melaju senyap di halaman SMK Negeri 2 Palembang, Senin siang (27/11). Dia menguji coba perfoma, mengendarai Vespa Bajaj Super tahun 1980 itu dengan kecepatan rata-rata 20-30 kilometer per jam. Tanpa knalpot, suara rombeng, atau emisi gas buang BBM (bahan bakar minyak), kendaraan itu kini lebih ramah lingkungan.

Ya, Varel mengkonversi motor berbahan bakar bensin Vespa tersebut menjadi molis. Sementara Alif Khaidar, masih satu kelas dengannya mengubah mesin Honda Astrea Grand tahun 1980. “Merakit molis ternyata mudah, tinggal ganti mesin BBM sepeda motor dengan konversi kit motor listrik,” ujar Varel, siswa kelas 2 Jurusan Otomotif Kompetensi Keahlian Teknik Bisnis Sepeda Motor (TBSM) SMKN 2 Palembang itu.

Setelah mendapat pembelajaran cara merakit dari guru otomotif, Varel dan Alif memang cepat paham. Mereka rajin praktek di bengkel sekolah, begitu pula siswa TBSM lain. Sang guru, Isropil ikut mendampingi proses konversi, mulai dari membongkar pasang mesin molis, memasang dinamo listrik di velg jari-jari ban belakang, menempatkan baterai di ruang eks tangki BBM, menyatukan rangkaian kabel kelistrikan, merakit tiap komponen, hingga menguji keandalan motor listrik.

Daya jelajahnya mencapai 50 km per jam dengan pengisian baterai hingga full 3 jam. “Sekarang sudah mengerti merakit sendiri, prinsipnya yang penting tahu komponen dan kelistrikan kendaraan,” terang Varel lagi. Perangkat utama kit konversi tak banyak, cuma dinamo listrik sebagai penggerak, kontroler, dan baterai tempat menyimpan daya.

Total ada sebanyak 6 motor BBM dikonversi siswa SMKN 2 menjadi molis, masing-masing 3 unit Vespa Bajaj Super dan Astrea Grand. “Kita menyediakan motor bensin kosong (tanpa mesin, red), tanpa accu dan knalpot. Motor-motor itu merupakan bantuan CSR (corporate social responsibility) PT PLN (Persero) untuk media pembelajaran para siswa, supaya mereka bisa merakit molis sendiri dan memperbaikinya jika mengalami kerusakan,” kata Isropil, Ketua Program Keahlian TBSM SMKN 2 Palembang. 

Sekolah bekerja sama dengan PLN berusaha menyiapkan para siswa menjadi mekanik molis yang handal di masa depan sesuai kompetensi jurusannya. “Karena lebih dari separuh lulusan jurusan otomotif SMKN 2 menjadi mekanik atau teknisi kendaraan bermotor,” tuturnya.

Seiring berkembangnya teknologi elektrifikasi, kepedulian pelestarian lingkungan dan mitigasi pemanasan global, serta komitmen Pemerintah mendorong penggunaan kendaraan listrik melalui berbagai kebijakan dan program subsidi, Isropil meyakini kendaraan listrik menjadi transportasi massal yang ramai di masa mendatang.

Tapi ekosistemnya harus lengkap, mulai dari tersedianya motor dan mobil listrik beserta spare-part-nya di pasaran, SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum), jasa bengkel dan mekanik untuk perbaikan, dan infrastruktur pendukung lainnya. “Dengan begitu seluruh masyarakat tertarik menggunakan kendaraan listrik sehari-hari. Kalau ada bengkelnya, orang tak akan ragu lagi memakainya,” terang Isropil.

Selama ini PLN sangat konsen dan menjadi inisiator/pelopor pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Tanah Air. Langkah strategis ini wujud kepedulian Perseroan mengurangi emisi karbon kendaraan bermotor, mewujudkan Net Zero Emission (NZE), serta menciptakan lingkungan hijau dan udara bersih, melalui penyediaan sistem transportasi yang murah dan ramah lingkungan.

Selain menyuplai kebutuhan listrik untuk kendaraan, BUMN listrik ini telah membangun sebanyak 622 unit SPKLU, 1.839 unit stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU), dan 9.139 unit stasiun pengisian listrik umum (SPLU) hingga Oktober 2023. Kemudian memfasilitasi penyiapan SDM (teknisi) dan bengkel molis dengan menggandeng sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.  

“PLN bersama Disdik Sumsel menggelar pelatihan konversi molis untuk para siswa. Ada tiga sekolah terpilih di Kota Palembang yakni SMKN 2, 4, dan 7,” beber Isropil. Sebelumnya, perusahaan setrum negara itu mengirim 2 guru mekanik perwakilan masing-masing sekolah ke Elders Garage Jakarta untuk belajar memodifikasi motor bensin menjadi molis. Setelah mahir, guru-guru menularkan ilmunya ke 180 siswa 3 sekolah secara bergiliran. Program ini berjalan sejak awal Agustus 2023 ditandai launching program Electric Vehicle Support.

“Semua biaya pelatihan dan komponen konversi molis (motor, konverter kit, sparepart) ditanggung oleh PLN,” sebutnya. Kalau harus menggelar program dan mengeluarkan dana sendiri tentu berat bagi sekolah. Apalagi konversi molis tergolong ilmu pengetahuan baru bagi para guru. Sarana prasarana pendukungnya mahal, Isropil menyebut satu konversi kit lengkap dihargai sekitar Rp15 juta, meliputi dinamo listrik, charger, baterai, kontroler, mcb, dc-dc converter, dan lainnya.

Biaya ini bahkan separuh dari harga rata-rata molis baru yang dijual kisaran Rp25-30 juta-an per unit. “Tapi memang setelah menjadi molis, biaya operasional jauh lebih hemat. Pengguna tak perlu lagi membeli BBM saat berkendara, tak perlu servis mesin atau ganti oli, dan baterai molis dapat di-charge di rumah atau SPKLU terdekat,” ungkapnya.

Tak hanya menghemat energi, lanjut Isropil, masyarakat juga ikut berkontribusi menjaga lingkungan dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor berbahan bakar fosil. Diketahui emisi gas buang mengandung gas karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (Nox), dan partikulat lain (PM) yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan manusia maupun lingkungan jika melebihi ambang konsentrasi tertentu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan