https://sumateraekspres.bacakoran.co/

AS Mulai Kesal dengan Israel. Bantuan Kemanusiaan Terhenti

ASAP MENGEPUL: Asap mengepul dari kawasan perkotaan Rafah, wilayah Gaza Tengah, setelah gagalnya perundingan memperpanjang gencatan senjata. foto: NET--

BACA JUGA:Konser Amal Kemanusiaan: Rumah Tahfidz Indonesia Galang Dana untuk Palestina. Segini Uang yang Terkumpul!

BACA JUGA:Alhamdulillah Terkumpul Rp169 Juta, Air Sugihan jadi Kecamatan Terbesar Bantu Donasi untuk Palestina di OKI

Namun, jumlah itu nyatanya masih belum bisa memenuhi kebutuhan warga, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Sejak Israel meluncurkan agresi di Gaza merespons serangan dadakan Hamas 7 Oktober lalu, Rafah di Gaza Tengah, menjadi satu-satunya pintu masuk bantuan kemanusiaan bagi warga sipil.

Pengiriman bantuan lewat perbatasan itu sempat sangat dibatasi oleh Israel, termasuk larangan bahan bakar memasuki Gaza hingga membuat rumah sakit dan fasilitas vital lainnya banyak berhenti beroperasi.

Israel melarang demikian lantaran takut bahan bakar yang masuk digunakan Hamas untuk menyerang mereka.

BACA JUGA:Sudah Dicat Ulang, Ini Dia Spek Kapal Rumah Sakit RI yang Segera Berangkat ke Palestina. Tidak Boleh Diserang!

BACA JUGA:Solidaritas Driver Grab di Palembang: Aksi Damai, Salat Ghaib, dan Doa untuk Palestina. Begini Harapan Mereka!

Sekarang, setelah gencatan senjata usai per Jumat (1/12), Rafah yang merupakan perbatasan antara Mesir dan Gaza itu pun terpaksa ditutup. 

Warga sipil kini terancam kembali menghadapi krisis makanan, air, obat-obatan, hingga bahan bakar.

Kementerian Kesehatan Gaza pun memohon agar perbatasan Rafah dibuka kembali demi warga sipil.

"Bantuan medis yang memasuki Gaza selama gencatan senjata hanya cukup untuk satu hari," kata juru bicara Kemenkes Gaza Ashraf al-Qudra, seperti dikutip Al Jazeera.

"Sektor kesehatan di Gaza tidak berfungsi dalam segala hal," lanjut dia. (*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan