https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Dapat Peluang Bonus Demografi

Angka Kematian Ibu dan Bayi di Sumsel Turun

PALEMBANG – Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) berpeluang mendapatkan bonus demografi. Suatu kondisi dimana populasi masyarakat di Bumi Sriwijaya akan didominasi orang-orang usia produktif. Rentangnya usia 15 hingga 64 tahun.

Salah satunya karena angka kematian ibu dan bayi di Sumsel mengalami penurunan signifikan. “Iya, berdasarkan data yang ada, angka kematian ibu dan bayi turun cukup tinggi,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Sumsel, dr Trisnawarman, kemarin.

Menurutnya, meski turun, tapi masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dilakukan. Untuk terus menekan angka kematian ibu dan bayi, perlu sinergi dan upaya pencegahan. "Pencegahan jadi penting, melalui langkah promotif dan preventif," tuturnya.

Kepala BPS Sumsel, Zulkipli melalui Statistisi Madya BPS Sumsel, Eko Tris Darmanto mengatakan, dalam rentang 50 tahun (periode 1971-2022), angka kematian bayi atau index mortality rate (IMR) di Sumsel turun hampir 89 persen.” Setelah satu dekade belum mendapatkan peluang bonus demografi, pada periode ini Sumsel berpeluang mendapatkan bonus demografi tersebut,” ujarnya.

Penurunannya signifikan dari 25/1000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk (SP) 2010 menjadi 16,78/1000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020. Perbaikan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI membuat bayi semakin mampu bertahan hidup.

Angka kematian bayi ini salah satu bagian dari angka kematian penduduk usia dini. Terjadi pada penduduk usia 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Ada lagi, angka kematian anak 1-4 tahun (CMR) dan angka kematian balita (U5MR).

Angka kematian bayi ini salah satu bagian dari angka kematian penduduk usia dini. Terjadi pada penduduk usia 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Dari hasil SP2020, terdapat 16-17 bayi yang meninggal sebelum ulang tahun pertamanya diantara 1000 kelahiran hidup. Sedangkan CMR sebesar 2,84, artinya ada 3 kematian anak umur 1-4 tahun diantara 1000 kelahiran hidup.

Sedangkan Under 5 Mortality Rate (U5MR) di Sumsel sebesar 19,62. Artinya, setiap 1000 kelahiran hidup ada 19-20 anak yang tidak berhasil mencapai umur tepat 5 tahun. Sementara itu, angka kematian ibu dihitung dalam kurun waktu 42 hari sejak terjadi kehamilan.

Hasil Long Form SP2020 menunjukkan angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Sumsel sebesar 175. Artinya, ada 175 kematian perempuan pada saat hamil, melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup. “Semakin membaiknya fasilitas kesehatan dan meningkatnya ibu hamil yang persalinannya ditolong tenaga kesehatan, maka akan menurunkan angka kematian ibu,” tukasnya.

Sementara, untuk migrasi (perpindahan penduduk) seumur hidup dalam 5 dekade terakhir di Sumsel hasil LF SP2020 mengalami penurunan cukup tinggi dibandingkan SP2010. Turunnya sebesar 11,16 persen. Dengan kata lain, sekitar 11dari 100 penduduk tinggal di luar tempat kelahirannya.

Kabupaten Banyuasin (28,22 persen), Kota Lubuklinggau (27,16 persen), dan Kabupaten OKI (24,79 persen) merupakan tiga kabupaten/kota yang memiliki angka migrasi masuk seumur hidup tertinggi di Sumsel. Sedangkan tiga wilayah yang memiliki angka migrasi keluar seumur hidup tertinggi adalah Kota Palembang (27,46 persen), Kabupaten Ogan Komering Ulu (27,36 persen), dan Kota Pagar Alam (25,34 persen).

Penduduk berstatus migran seumur hidup antarprovinsi terbesar di Sumsel berada pada generasi pre boomer dan baby boomer yaitu sebesar 26,63 persen. “Sekitar 27 dari 100 penduduk pre boomer dan baby boomer merupakan migran seumur hidup antarprovinsi,” tukasnya.(yun) https://sumateraekspres.bacakoran.co/?slug=sumatera-ekspres-24-januari-2023/

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan