NPK Kopi Gandakan Hasil Panen, Petani Raup Puluhan Juta

DEMPLOT MAKMUR : Kebun kopi Kelompok Tani Kopista di Desa Sinar Jaya, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung menjadi demplot (kebun percontohan) Program Makmur untuk pupuk NPK Kopi. -Foto : IST-

SUMATERAEKSPRES.ID – Hujan gerimis membasahi kebun kopi Jansah di Kampung Kopi Salipayak, Desa Jokoh, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Sabtu pagi (18/11). Udara dingin kaki Gunung Dempo, pada ketinggian perbukitan 800-1000 mdpl, serasa menusuk dada. Lamat-lamat terdengar suara katak menyahut di empang, gerombolan bebek menyusul turun ke air, dan anak ayam berteduh di bawah rumah.

 

Jansah membuka pintu, mengeluarkan setengah karung pupuk NPK Kopi, lalu seusai rintik hujan berhenti, petani kopi itu melangkah gontai menuju kebun sambil membawa cangkul. Di sana ia memiliki sekitar 2.500 batang kopi robusta berumur 20-an tahun yang ditanam berjarak per 2,5 meter per batang.

 

Pada awal musim basah November ini, Jansah semakin sering turun ke kebun memupuk tanaman kopi. Setiap pagi, ia bergiliran mencangkul tanah seputar tumbuhan lalu menyebar pupuk NPK Kopi produksi PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang secara merata. Pemupukan ini ke semua area batang kopi agar tumbuh subur, nutrisi dan proteinnya cukup, serta berbuah rimbun.

 

“Biasanya saya melakukan pemupukan 2 kali setahun, pertama awal musim hujan November-Desember karena tanahnya lembab sering diguyur hujan. Pupuk lebih cepat diserap akar tanaman,” kata Jansah. Pemupukan kedua akhir musim hujan atau sekitar Febuari-Maret supaya buahnya cepat berbobot dan lebat, panennya bulan April-Mei.

 

Total sepanjang tahun, Jansah bisa menghabiskan 200 kg atau 4 karung (@50 kg/karung) pupuk NPK Kopi untuk satu hektar kebun kopi miliknya. “Tanaman kopi ini panennya satu kali setahun,” ujarnya. Sejak menggunakan pupuk non subsidi ini tahun 2021, ia mengaku produksi kopi robustanya meningkat signifikan.

 

“Penggunaan pupuk NPK besar sekali pengaruhnya, kalau tidak dipupuk tumbuhan sulit subur dan rindang,” imbuh Jansah. Semula produksi kopinya hanya 800-900 kg per hektar, setelah memakai NPK Kopi naik menjadi 1,3-1,5 ton per hektar per tahun. Artinya melipatgandakan hasil buah hampir 2 kali lipat dari panen biasanya, maka tak heran Jansah kini lebih sejahtera kendati hanya mengandalkan kopi sebagai pendapatan sepanjang tahun.

 


BINAAN PUSRI : Jansah, petani kopi binaan Pusri saat berada di rumahnya di Kampung Salipayak, Desa Jokoh, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam, Provinsi Sumsel.--

 

Jika dihitung harga biji kopi kering saat ini Rp36 ribu per kg, pendapatan (kotor) Jansah mencapai Rp54 juta per tahun dari menjual biji kopi saja. Ini jauh lebih menguntungkan ketimbang tidak menggunakan pupuk sama sekali, atau mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk NPK Kopi non subsidi.

 

Perhitungannya, tanpa pupuk penghasilannya Rp28,8 juta dengan produksi 800 kg kopi per hektar. Sementara dengan pupuk NPK Kopi yang harganya Rp550 ribu per karung, ia hanya mengeluarkan uang Rp2,2 juta untuk memperoleh tambahan pendapatan Rp25,2 juta menjadi Rp54 juta.

 

Karenanya sejak kebun kopi Jansah menjadi demplot (demonstration plot) atau kebun percontohan NPK Kopi dalam Program Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat) PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui anak perusahaannya PT Pusri Palembang tahun 2021, hingga kini ia merasa “ketergantungan” dengan pupuk tersebut.

 

Ceritanya sebelum peluncuran produk NPK Kopi, PT Pusri Palembang memilih kebun Jansah sebagai percontohan penggunaan pupuk majemuk dengan kandungan unsur hara N (Nitrogen), P (Phospat), dan K (Kalium) yang diformulasikan sesuai kebutuhan tanaman kopi TM (tanaman menghasilkan) itu.

 

“Sebagai demplot, saya dibantu pupuk cuma-cuma sebanyak 200 kg kala itu dan hasilnya luar biasa. Produksi kebun kopi saya meningkat banyak, itulah kenapa saya gunakan sampai sekarang,” beber pria yang sudah geluti profesi petani kopi 15 tahun ini. Walau harus membeli NPK Kopi non subsidi, bagi Jansah tidak rugi. Pupuknya pun mudah didapat di agen-agen atau distributor yang ada.

 

Setelah itu, Pusri resmi memasarkan pupuk NPK Kopi ke petani-petani karena terbukti memacu produktivitas panen bahan pangan lokal yang tinggi konsumsi itu. “Karena sudah ada contoh hasilnya, sekarang tak cuma saya menggunakan pupuk ini, tapi juga petani-petani lain di Dempo Tengah,” ungkap Ketua Kelompok Tani Kampung Salipayak ini.

 

Apalagi di pasaran, hanya Pusri memasarkan pupuk khusus tanaman kopi dengan formulasi spesial. “Memang masih ada petani tidak menabur pupuk pada batang kopinya, mungkin menyesuaikan kemampuan. Tapi saya kira jika petani mengerti betapa pentingnya pupuk NPK Kopi, mereka pasti menggunakannya,” sebutnya.

 

Pupuk NPK membantu pertumbuhan tanaman berkembang maksimal, mulai dari meningkatkan produksi dan menghijaukan daun, merangsang pembentukan akar baru, bunga, dan buah, memperkuat batang, hingga meningkatkan ketahanan tumbuhan.

 

Ketika panen, Jansah biasanya petik pelangi dan menjual kopinya dalam bentuk biji kering ke pengepul lokal. Pengepul membawa kopi-kopi petani ke agen-agen besar di Provinsi Lampung. “Dari Lampung kopi Pagaralam diekspor ke buyer berbagai negara, rata-rata ke Asia seperti Jepang dan Timur Tengah,” tuturnya.

 

Mayoritas kopi petani Pagaralam jenis robusta, tidak ada arabica. Kendati harga kopi arabica lebih mahal, tapi petani kurang suka menanamnya lantaran buahnya tidak banyak pada tiap batang. Selain itu ketinggian perbukitan Pagaralam masih kurang rata-rata 800-1.000 mdpl, sementara kopi arabica lebih cocok ditanam di ketinggian 1.500 mdpl.

 

Selain demplot dan menyediakan pupuk NPK Kopi, Pusri turut memberikan pelatihan ke 50 petani kopi di Dempo Tengah ini agar mampu meningkatkan produktivitas panennya secara berkala, menanggulangi penyakit tumbuhan, melakukan pemupukan secara benar, perawatan batang kopi, sambung pucuk memperpanjang usia tanaman, dan sebagainya. Kami betul-betul terbantu dan teredukasi,” pungkasnya.

 

Selain Jansah, kebermanfaatan penggunaan pupuk non subsidi juga dirasakan para petani kopi robusta di Desa Sinar Jaya, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Ketua Kelompok Tani Kopista, Jarman Toko mengatakan semula para petani mayoritas menggunakan pupuk subsidi NPK Phonska. Tapi belakangan aturan penerima pupuk subsidi dari Pemerintah dalam RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) kian ketat, membuat tak semua petani mendapat pupuk subsidi lagi.

 

Akhirnya untuk mencukupi kebutuhan pupuk, banyak petani membeli pupuk murah di pasaran yang ternyata palsu. “Banyak pupuk palsu yang dijual agen nakal dan hasilnya tidak ngefek sama sekali ke pertumbuhan tanaman. Petani malah rugi,” bebernya. Akhirnya pihaknya berinisiatif menjalin kerjasama dengan Pusri untuk pembelian dan penyediaan pupuk NPK original bagi petani.

 

Dari sana pula, Kelompok Tani Kopista yang anggotanya mencapai 50 orang petani itu digandeng dan menjadi binaan PT Pusri Palembang sejak 2021. “Tak hanya menyuplai pupuk NPK, Pusri juga menggelar demplot pada 4 kebun petani kopi masing-masing seluas 1 hektar,” tuturnya. Dalam program ini, petani diberikan bantuan pupuk NPK Kopi Pusri 500 kg per hektar per tahun.

 

Jarman yang mulai bertani kopi tahun 2019 ini menyebut sewaktu masih menggunakan pupuk subsidi NPK Phonska, hasil panen sebenarnya sudah lumayan. “Produksi petani kita sekitar 2-3 ton per hektar per tahun, tapi memang waktu itu cuacanya bagus sekali dan banyak petani masih mendapat jatah pupuk subsidi,” ujarnya.

 

Kemudian tahun 2021, Jarman dan beberapa petani dibantu pupuk non subsidi NPK Kopi untuk demplot, ternyata cuaca kurang mendukung. “Produksi kebun demplot NPK Kopi di angka 1,5 ton per hektar, tapi ini masih lebih baik dibanding kebun petani yang memakai pupuk lain, pupuk palsu, atau tanpa pemupukan sama sekali. Imbas cuaca rata-rata cuma dapat 4 kuintal per hektar,” kata Jarman.

 

Tahun ini pihaknya memulai percobaan kedua, tapi pupuk non subsidi sudah beli sendiri. “Proyeksi kami jika cuacanya bagus seperti tahun 2019-2020, kami yakin produksi kopi tahun depan tembus 3-4 ton per hektar,” imbuhnya. Kendati harga pupuk NPK Kopi lebih mahal dibanding pupuk subsidi, tapi ia mengaku keuntungan penggunaannya jauh lebih besar lantaran produksi kopi menjadi berlipat ganda.

 

Apalagi penebarannya tidak sebanyak pupuk subsidi yang mencapai 3 kuintal per hektar, NPK Kopi cukup 1,5-2 kuintal per hektar per tahun. “Dulu para petani lumayan berat mentalnya membeli pupuk non subsidi karena alasan harga, sekarang sudah lihat hasilnya mereka merasa wajib pakai NPK Kopi,” sebutnya.

 

Sementara setiap kali panen kelompok taninya menjual kopi dalam bentuk green bean yang sudah kualitas ekspor. Mereka tak menjual ke pengepul, tapi langsung ke industri kopi di Teluk Betung, Bandar Lampung. “Kalau di sini harga kopi asalan (petik campur) itu Rp36 ribu per kg, sementara green bean Rp40 ribu per kg. Karena kami jual langsung ke pabrik harganya Rp44 ribu per kg, lumayan Rp4 ribu-nya bisa untuk beli pupuk non subsidi,” tegasnya.

 

Dengan nilai segitu, pendapatan kotor petani kopi mencapai puluhan juta, tepatnya Rp66 juta untuk produksi 1,5 ton, dikurangi biaya pupuk, upah mutil, jemur, giling kopi Rp20-25 juta, berarti pendapatan bersih petani sebesar Rp41 juta per hektar per tahun.

 

Pembinaan Pusri pun terus berlanjut. Lewat Program Makmur, industri pupuk ini tak hanya membantu di sektor hulu seperti penyediaan pupuk, pendampingan dan pengelolaan budidaya tanaman, sekolah kopi, tapi juga di sektor hilir meliputi penyediaan akses permodalan bagi petani dan perlindungan asuransi pertanian.

 

“Kami difasilitasi mendapatkan KUR (kredit usaha rakyat) di perbankan. Dulu petani takut minjam uang ke bank, takut asetnya kena sita,” terang Jarman. Sekarang setelah masuk Program Makmur, petani berani kredit misalnya untuk membeli pupuk, apalagi bunga KUR rendah. “Mungkin 70-80 persen petani kita sudah mengambil pinjaman modal ke perbankan,” cetusnya.

 

PIC Agro Solution Wilayah Lampung PT Pusri Palembang, Amir Hamzah menjelaskan Program Makmur merupakan inisiatif PT Pupuk Indonesia (Persero) dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian perkebunan dan kesejahteraan petani di Indonesia. PT Pusri Palembang sebagai anak perusahaan salah satu pelaksananya.

 

“Sebelumnya program ini bernama Agro Solution, lalu berganti nama menjadi Program Makmur usai diluncurkan resmi oleh Menteri BUMN, Erick Thohir di area persawahan Keboncau, Ciasem, Kabupaten Subang pada 28 Agustus 2021,” ungkapnya.

 

Dalam program ini, Amir mengakui para petani yang bergabung mendapat sejumlah fasilitas seperti pendampingan budidaya pertanian, suplai pupuk non subsidi, pengujian sampel tanah dan rekomendasi dosis pemupukan, monitoring berkala, digitalisasi pertanian melalui aplikasi i-Farms, demplot, sekolah tani, akses permodalan, hingga mengikutsertakan petani pada kegiatan bazar, ekspo, pameran pengenalan komoditas atau produk tani ke pasar.

 


PAMERAN : Tim PT Pusri Palembang bersama para petani kopi saat pameran produk kopi di Indonesia Coffee Festival 2023 di JIExpo Kemayoran Jakarta pada 5-7 Mei 2023.-Foto : Amir for Sumateraekspres.id-

 

“Kelompok Tani Kopista salah satu yang mendapat fasilitas Program Makmur,” imbuhnya. Sesuai targetnya, meningkatkan produktivitas petani melalui penggunaan pupuk non subsidi seperti pada petani kopi di Desa Sinar Jaya. Pihaknya menyuplai langsung pupuk NPK Kopi, mendampingi budidaya sampai panen, dan hasilnya ada kenaikan produksi.

 

“Kemarin produksi kopi demplot Kelompok Tani Kopista 1,5 ton per hektar karena faktor cuaca el nino. Seharusnya target kita 2 ton per hektar, tapi ini sudah lebih baik. Sebab petani yang tidak ikut program dan tanpa pemupukan itu produksinya cuma 200-500 kg per hektar,” tegas Amir. Artinya Pusri berhasil meningkatkan ketahanan pangan pada hasil kopi, yang merupakan komoditas utama perkebunan bagi Provinsi Sumsel dan Lampung setelah kelapa sawit dan karet.

 

Misinya pihaknya membiasakan petani menggunakan pupuk non subsidi karena peningkatan produktivitas tani sudah sangat jelas berdasarkan beberapa demplot yang terlaksana. “Untuk pupuk NPK subsidi, kita punya Phonska sementara non subsidi macam-macam. Yang khusus kopi itu NPK Kopi, khusus singkong itu NPK Singkong dengan formulasi beda-beda,” bebernya.

 

NPK Phonska sebenarnya lebih cocok untuk tanaman padi dan jagung, tapi komoditi perkebunan itu bagusnya NPK spesifik. Hasil pun sudah pasti berbeda. “Jika menggunakan pupuk subsidi, produksi kopi 1 ton per hektar, dengan NPK Kopi bisa 1,5 ton per hektar, tergantung cuaca,” tegasnya. Pada tanaman singkong, dengan pupuk subsidi 15-20 ton per hektar, maka menggunakan NPK Singkong menjadi 35-50 ton per hektar.

 

Karenanya mendukung sektor  pertanian dan keterjangkauan pupuk, pihaknya menggencarkan penggunaan pupuk non subsidi lewat Program Makmur. Total hingga Oktober 2023, realisasi program ini di seluruh anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) mencapai 306.775 hektar lahan pertanian perkebunan dengan 90.632 petani.

 

Khusus Pusri, luas lahan Program Makmur per 21 September 2023 tercapai 54.965,03 hektar dengan 15.554 petani di 8 provinsi Pulau Sumatera. Ada 4 komoditas sasaran meliputi kopi 754,65 hektar, singkong 576  hektar, kelapa sawit 53.631,86 hektar dan jagung 12,5 hektar. Akhirnya kehadiran Program Makmur Pupuk Indonesia ikut mewujudkan ketahanan pangan nasional, khususnya pada komoditas kopi.

 

Data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi Sumsel menjadi yang terbesar di Indonesia. Pada tahun 2022, jumlahnya mencapai 212.400 ton biji kering atau menyokong 26,72 persen produksi nasional 794.800 ton. Sementara Provinsi Lampung menempati urutan kedua terbanyak dengan produksi kopi 124.500 ton biji kering, baru menyusul daerah lain seperti Sumatera Utara 87 ribu ton, Aceh 75 ribu ton, dan seterusnya.

 

“Sumsel memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia sebesar 268 ribu hektar, setara 20,84 persen luas kebun kopi nasional 1,29 juta hektar. Ada 198.021 kepala keluarga (KK) di 13 kabupaten/kota Sumsel yang menggantungkan penghasilannya dari usaha tani kopi,” ungkap Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian.

 

Kendati Rudi tak menampik tahun 2023 produksi kopi Sumsel menurun akibat kemarau panjang serta cuaca panas yang membuat bakal buah kopi terbakar dan gugur bunga. Harga kopi asalan pun meningkat 100 persen, saat ini kopi robusta dibeli Rp35-38 ribu per kg, bahkan ada yang sampai Rp40 ribu per kg tergantung kualitas kopinya. Sementara kopi arabica grade 1 dibeli Rp110-125 ribu per kg.

 

“Kopi arabica sekarang langka namun permintaan masih tinggi, makanya prediksi kita ke depan harga bisa naik lagi,” tuturnya. Ia pun mengakui pemupukan yang rutin sangat besar pengaruhnya pada produktivitas pertanian dan perkebunan. “Petani kopi kita sebenarnya jarang mupuk, mereka sudah puas dengan hasil yang ada sekarang,” sebutnya.  

 

Tapi kalau dipupuk, lanjut Rudi, lebih bagus lagi dan seharusnya petani memahami itu. Jika produksi komoditi lokal meningkat, Sumsel swasembada, petani sejahtera. Apalagi PT Pusri Palembang telah menawarkan pupuk khusus seperti NPK Kopi untuk tanaman kopi. “Bahkan Pusri juga bersedia membantu demplot atau uji coba pemupukan pada kebun petani,” terang Rudi. Total sepanjang periode Januari-November 2023, Pusri sendiri telah menyalurkan pupuk NPK ke petani sebanyak 289.614 ton dan urea 1.648.614 ton. (fad)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan