Tercekik Denda, Korporasi Terancam Pailit, Tetap Dijerat meski Penyebab Karhutla dari Luar Lahan Perusahaan

--

Soegiman memberikan solusi menghadapi El Nino 2027 nanti, buat cluster dan posko-posko.

Sebab sudah diketahui di mana kantong-kantong, sumber-sumber kebakaran dari pengalaman sebelumnya.

“Dirikan posko-posko di sana, terdiri dari Polri, TNI, Manggala Agni, perusahaan,” paparnya.

Dana operasional posko-posko itu, urunan dari setiap perusahaan sawit yang ada.

Itu sudah diterapkan perusahaan-perusahaan perkebunan di Jambi.

“Pengalaman kami di Jambi, semasa Kapolda Pak Rachmad (kini Kapolda Sumsel) sebulan sebelum musim kemarau seluruh perusahaan sawit yang ada dipanggil,” ungkap Soegiman.

Satu perusahaan urunan masing-masing Rp10 juta, untuk bangun dan biaya petugas di posko itu.

Dibangun 6 cluster terdiri 56 posko. “Ada 185 perusahaan sawit urunan masing-masing Rp10 juta per bulan, terkumpul Rp1,85 miliar,” urainya.

Dana itu kemudian dikelola perusahaan melalui Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

”Uang itu untuk 56 posko tadi. Makan, minum, BBM, rokok, kopi. Kalau ada lebih, kasih insentif (personel di posko),” bebernya.

Soegiman menambahkan, Jambi sudah menerapkan itu 2 kali periode 4 tahunan El Nino. Yakni, sejak 2019 dan 2023 ini.

“Efeknya bagus banget. Di Jambi, tahun 2019 terbakar 4.000 hektare lebih. Tahun 2023 ini baru 450 hektare. Jauh sekali ‘kan. Karena sudah ada upaya-upaya. Kalau untuk nol karhutla, mungkin berat,” akunya.

Petugas di posko itu, menjaga ketat pintu-pintu masuk menuju areal perusahaan. Walaupun melintas.

”Kalau ada orang yang mau masuk dengan alasan apa pun di luar HGU, difoto dulu. Kalau sampai ada kejadian terbakar, dia yang ditangkap. Dia mulai berpikir. Karena tidak ada api itu muncul dengan sendirinya, pasti ada campur tangan manusia,” tegasnya.

Dia berharap, Sumsel juga menerapkan seperti yang di Jambi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan