Banyak Gulung Tikar, Tingggal 6 Pembudidaya

Melihat Budidaya Ikan Hias di Kampung Ikan Hias, Sekojo

Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan semua sendi-sendi perekonomian di semua sektor. Termasuk budidaya ikan hias di Jl Yasin Salma, Lr A Somad, RT 40, Sekojo Palembang. Dulu ada dua kelompok pembudidaya dengan 20 orang, kini menyisakan enam pembudidaya saja.

Ibnu Holdun – PALEMBANG

USAHA ikan hias dulunya banyak diminati, sekarang tak lagi menjanjikan sejak pandemi Covid-19 melanda. Walaupun perdagangan ikan hias kini sudah mulai naik lagi pasca pandemi, tetapi kebanyakan pembudidaya ikan hias gulung tikar dan tak lagi kembali ke pekerjaan semula. Alasannya, mereka tak memiliki modal lagi memelihara ikan.

“Sekarang banyak yang sudah banting setir, Mas. Kebanyakan menjadi kuli bangunan. Ya akibat hantaman Covid-19 kemarin, semua usaha pada hancur, termasuk saya. Beruntung saya masih punya sedikit tabungan sehingga bisa kembali beternak ikan. Namun saya juga masih bekerja paruh waktu menambah penghasilan bagi keluarga,” kata Andi (40), salah satu pembudidaya, kemarin.

Berbincang dengan bapak empat orang putera ini mengenai peternakan ikan hias cukup asyik. Koran ini diterima di rumahnya dengan sambutan luar biasa hangat. Menurut Andi, saat ini ikan hias kembali bergejolak. “Banyak lagi yang mencari, terutama mereka yang memiliki aquascape. Ikan mini dengan bentuk dan warna indah menjadi sasaran para pembeli maupun agen ikan hias,” ujarnya.

Ada banyak ikan hias yang dia budidaya, mulai dari ikan Pedang, Golden Black, Golden, Trivera (Putih total), Plati (bulet). Marbel Balon, ikan koki dan koi. “Jenis ikan inilah yang banyak dicari lantaran memiliki warna indah,” kata dia. Bagi para penggemar ikan hias, untuk dapat ke kampung ikan hias ini tidak sulit mencarinya.

Para pemburu ikan hias, masuk saja Jl Urip Sumohardjo ke arah Ajendam Kodam II Sriwijaya. Begitu sampai jangan sungkan bertanya. Umumnya semua orang di daerah, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua mengetahui kampung ikan hias tersebut.

Sudah lazim, ketika orang mencari kampung ikan hias, penduduk setempat sudah tahu yang bertanya adalah pembeli ikan hias. Nah, ketika memasuki kampung ikan hias, dulunya ada sekitar 20 keluarga beternak dan mencari nafkah, dengan mengembangbiakan ikan hias. Namun kini peternak ikan hias semakin minim, banyak peternak gulung tikar akibat dihantam pandemi Covid-19.

Andi sendiri menggeluti peternakan ikan hias sejak menjadi pengantin baru dan sekarang anaknya sudah masuk SMP. “Umumnya peternak ikan hias masih saudara. Budidaya ikan hias air tawar sebenarnya mampu memberikan kehidupan bagi banyak orang yang menekuninya,” tuturnya.

Semua itu karena peluang usaha dan potensi ekonomi budidaya ikan hias lebih menggiurkan dibanding ikan konsumsi. Dengan pola pemeliharaan dan pemberian makanan yang hampir sama dengan ikan konsumsi.

Budidaya ikan hias mampu menghasilkan pemasukan yang cukup besar karena harga ikan hias lebih mahal. “Kunci membudidayakan ikan hias adalah telaten dan senang di dalam memeliharanya,” kata Andi.

Sebenarnya pemeliharaannya hampir sama dengan ikan konsumsi. Bedanya ikan konsumsi dihargai kiloan, sedangkan ikan hias per ekor. Hasil budidaya Ikan hias lebih menekankan kualitas, bisa dilakukan di lahan sempit dan sebagai usaha sampingan.

Sejauh ini ada beberapa jenis ikan dia pelihara, baik dalam aquascape, kolam semen kecil dan waring di rawa depan rumahnya. Ikan lain yang dia pelihara, seperti lohan, gupi, moli, arwana dan man fish. Dalam melakukan pemijahan, Andi menggunakan akuarium. Setelah pemijahan berhasil biasanya baru dipindahkan tiga minggu ke depan. “Pemeliharaan kita lakukan di kolam tanah atau waring karena lebih alami,” pungkasnya. (*/fad)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan