https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Ketika Limbah jadi Berkah, Energi Pertamina Bawa Olahan Daun Nanas Karya Emak-Emak Tembus Ekspor ke Singapura

Rita Mulyadi (baju biru) sedang mengolah serat menjadi benang menggunakan alat pengintal dan anggota kelompoknya membuat benang menjadi kain serat daun nanas di Rumah Busana Riady. Foto : Dian Cahyani/sumateraekspres.id--

Mereka menerima gaji sesuai panjang kain yang mereka hasilkan, dan ini sering lebih menguntungkan daripada pekerjaan lain yang mereka lakukan.

BACA JUGA:Mengenal Kilang Pertamina Plaju, Kilang Minyak Tertua Berusia Lebih Dari Satu Abad

BACA JUGA:Lewat CIP, Kilang Pertamina Plaju Pantik Budaya Inovasi Pekerja

Hengky Rosadi, Petugas Komunikasi Pengembangan Masyarakat Prabumulih Field Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4, menjelaskan bahwa Pertamina telah memulai program CSR yang berfokus pada pengolahan serat daun nanas dari hulu ke hilir.

Lebih dari 120 ton limbah daun nanas yang sudah diselamatkan dari lima kabupaten/kota, termasuk Prabumulih, Ogan Ilir, Banyuasin, Muara Enim, dan Pali, setiap tahun.

Selain diolah menjadi benang dan kain, serat daun nanas juga diekspor ke luar negeri, khususnya ke PT Nextevo di Singapura.

Untuk mendukung industri hilir, Pertamina juga bekerja sama dengan kelompok tenun serat nanas Riady yang memiliki anggota tersebar di berbagai Kelurahan dan Desa di Prabumulih.

BACA JUGA:Ciptakan Bantal Eceng Gondok, Ankubas Binaan CSR Kilang Pertamina Plaju Raih Penghargaan Inovasi

Menggunakan koperasi Miwa Pineapple, hasil serat daun nanas mereka diekspor, dan produk ini terus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemkot Prabumulih.

Dalam upaya menciptakan ekonomi kreatif dan mendorong ekonomi kerakyatan, Pertamina telah membantu banyak mitra binaan.

Di tengah sejumlah pekerjaan berat, Prabumulih masih memiliki banyak penduduk yang menggantungkan hidup dari pertanian, termasuk petani nanas. Hal ini menjadikan serat daun nanas sebagai bahan yang bernilai jual di kota tersebut.

Kepala Dinas Pertanian Kota Prabumulih, Alfian SP, menyatakan bahwa kawasan tersebut memiliki kebun nanas yang produktif di tengah banyak petani karet dan sawit.

BACA JUGA:Pertamina Mengantar Desa Terpencil Saruan Berdikari Energi

Pada tahun ini, mereka juga menerima bantuan bibit nanas dari pusat untuk dibagikan kepada kelompok tani setempat.

Dengan semakin berkembangnya industri serat daun nanas, Prabumulih berharap untuk memiliki usaha monokultur nanas, yang saat ini telah ada di beberapa lokasi.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Prabumulih, kebun karet di Prabumulih mempunyai luasan 19.000 ha yang tersebar di berbagai kecamatan.

Kebun sawit sekira 800 ha yang ada di Desa Karya Mulya dan sekitarnya dan baru 420 ha kebun nanas yang ada di Patih Galung, Karang Jaya, Pangkul, Sungai Medang dan Jungai. Ada pula bahan baku penyangga dari Kabupaten OI, Pali dan Muara Enim.

Menurutnya, khusus 420 ha kebun nanas di kota nanas, semuanya produktif. "Bahkan, tahun ini kita mendapatkan 10 ha bantuan bibit nanas dari pusat yang akan dibagikan kepada kelompok tani di Karang Jaya dan Prabumulih Selatan," jelasnya.

Dengan adanya pengembangan daun serat nanas yang sedang digalakkan, pihaknya berharap kedepan sudah ada usaha monokultur nanas yang sekarang sudah ada ditemukan di Kelurahan Karang Jaya dan Desa Pangkul yang artinya bahan baku nanas banyak.

Dijelaskan Alfian, 200 kg serat daun nanas perbulan yang diproduksi para petani se-kota Prabumulih. Dimana, 100 kg daun nanas bisa menjadi 3 kg serat daun nanas.

"Jadi kita butuh banyak daun nanas untuk diolah menjadi serat daun nanas dan sebagian lagi sudah ada UMKM yang mengolah serat daun nanas menjadi pakaian, bisa kerajinan seperti tas, tempat tisyu, tempat lampu gantung dan macam-macam inovasi."

"Kita juga masih terus mengekspor serat daun nanas yang dilakukan koperasi Miwa Pineapple," tukasnya mengaku semua itu tak lepas dari bantuan CSR dari berbagai perusahaan terutama Pertamina Hulu Rokan (PHR) zona 4.(chy)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan