Perbaiki Gizi, Optimalkan Pangan Lokal

SEMINAR : Para kades dan perangkat desa se-Kabupaten Muba foto bersama dengan Dirjen Pembangunan Desa dan Perdesaan Kemendes PDT, Sugito SSos MH, dan narasumber lain dalam seminar Ketahanan Pangan Lokal dan Gizi untuk Pencegahan Stunting di Hotel The Zuri--

PALEMBANG - Ratusan Kepala Desa (Kades) di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) meramaikan Seminar Bersama Kepala Desa Musi Banyuasin bertajuk “Ketahanan Pangan Lokal dan Gizi untuk Pencegahan Stunting” di Ballroom Hotel The Zuri Palembang, Minggu (29/10).

Pada hari kedua acara itu, ada beberapa pembicara yang hadir memberikan materi, yaitu Dirjen Pembangunan Desa dan Perdesaan Kemendes PDT, Sugito SSos MH, Staf Ahli Bidang Sosbud Kodam II/Sriwijaya, Kolonel Inf Usik Samwa Parana, Kasubdit 4 Tipidter Ditreskrimsus Polda Sumsel, AKBP Tito Dani ST SH MH diwakili Kanit 1 AKP Ady Akhyar SH MSi, Konsultan Kemendagri, Imam Almutakin, Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Pangan Nasional (BPN), Rina Syawal, serta Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Madya BKKBN Sumsel, Evi Silviani SKom MM.

Dalam kesempatan itu sesuai tema, para pembicara menyoroti masalah penanganan stunting yang kini menjadi isu stratregis nasional. Dipandu moderator, Dr Sri Rahayu SE MSi, Direktur Pascasarjana UM Palembang. Narasumber pertama, Dirjen Pembangunan Desa dan Perdesaan Kemendes PDT, Sugito SSos MH menilai stunting sudah menjadi permasalahan nasional dan harus ditangani bersama. Tahun 2024 Pemerintah menargetkan angka stunting bisa ditekan menjadi 14 persen.

Salah satu yang menjadi poin penting penanganan stunting yaitu penguatan pada aspek potensi lokal dan ketahanan pangan. “Terutama perlu diperhatikan penguatan ketahanan pangan di desa akan berkontribusi terhadap penangan stunting, ini akan linier. Ketika ketahanan pangan kuat, stunting turun, masyarakat desa akan sejahtera," jelasnya. 

Berdasarkan data, angka stunting Kabupaten Muba turun menjadi 17,07 persen. "Ini prestasi luar biasa, sebab angka stunting tahun sebelumnya 23 persen. Muba juga berhasil melampaui target nasional 21 Persen," jelasnya. Hal ini tentu berdampak pada desa-desa di Muba yang ke depan akan terus naik grade jika terus memgalami peningkatan ketahanan pangan dan penurunan stunting.

Ia membeberkan jumlah desa mandiri di Kabupaten Muba tahun 2022 ada 13 desa menjadi 53 desa di 2023. Desa maju 89 desa, bertambah menjadi 111 desa di 2023. Desa berkembang dari 115 menjadi 64 desa di 2023, berkurang karena peningkatan menjadi desa mandiri dan maju. "Hanya satu desa yang masih tertinggal dan itu merupakan desa pemekaran," pungkasnya.

Bicara stunting juga bicara soal investasi SDM ke depan, dimana anak stunting yang tidak tertangani dengan baik akan menjadi persoalan dan jadi beban negara. “Namun kita optimis bisa ditangani, karena SDM kita arahkan ke sana," ujarnya. Masalah stunting memang multi dimensi, tak hanya persoalan ekonomi dan kemiskinan tapi faktor lain juga.

"Para kades menjadi garda terdepan pilar pembangunan pemerintahan, fungsinya sangat  strategi seperti arahan Presiden bagaimana komitmen Pemda secara simultan bersama menurunkan angka stunting. Lewat forum ini saya harap kades kades dan seluruh elemen di Muba saling bahu membahu," jelasnya.

Staf Ahli Bidang Sosbud Kodam II/Sriwijaya, Kolonel Inf Usik Samwa Parana menyampaikan pemanfaatan lahan bisa menjadi sumber ketahanan pangan. Pangan disini sumber bahan pokok, seperti beras padi, jagung, kedelai, dan lainnya. “Lahan kosong yang dimanfaatkan itu di antaranya lahan tidak produktif dikelola menjadi produktif,” tegasnya. 

Beberapa kabupaten di Sumsel, seperti Muba pernah melakukan pengelolaan 7 hektar lahan kosong tahun lalu. "Perlu kerja keras bersama. Kalau lokasi jauh perlu dipersiapkan dan diawasi, perlu perencanaan dan pemikiran yang besar," ujarnya. Lahan itu juga bisa berupa sawah lama yang tidak diolah. 

Kodim 0401/Muba bersama Babinsa dan masyarakat bersama turut mengelola lahan kosong. Kemudian Kodim OKI 5 hektar, Kodim OKU Desa Banjar Agung 2 hektar, Kodim Muara Enim 5 hektar, Kodim 0405 Lahat 5 hektar. Kodim 0406/LLG 30 hektar, Kodim 0418/Plg 5 hektar, Kodim 0430/BA 12 hektar di Muara Sugihan. “Kita mengumpulkan data dan luas lahan, peninjauan lokasi, menyiapkan alat, serta petani dan pengolah lahan. Kita juga siapkan bibit, penanaman serentak, pemeliharaan sampai panen," katanya.

Sementara Direktur Penganekaragaman  Konsumsi Pangan Badan Pangan Nasional, Rina Syawal menyampaikan ada empat hal yang mempengaruhi stunting, yakni air bersih dan sanitasi, pelayanan kesehatan, pola asuh dan pola makan. "Bagaimana pangan mempengaruhi stunting, karena pola konsumsi tidak berimbang," katanya.

Menurutnya masyarakat Indonesia kebanyakan mengonsumsi karbohidrat karena ada stigma tidak makan kalau tidak makan nasi. Padahal sumber karbohidrat beragam seperti jagung, umbi-umbian, sagu, dan lainnya. "Masyarakat bisa mengganti karhobidrat dengan pangan lokal yang ada dan Muba punya banyak penggantinya," ulas dia.

Selain itu pola konsumsi pangan belum beragam, bergizi dan seimbang dicerminkan tingginya konsumsi gula, garam dan lemak (GGL). Ditambah konsumsi buah dan sayur rendah.  "Kami mendorong perangkat desa mengedukasi masyarakat agar meningkatkan konsumsi buah dan sayuran," tuturnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan