Kategori Diagnosis Depresi, Pikiran Bunuh Diri Bentuk Solusi Menyelesaikan Masalah

--

Masuk Kategori Depresi

SEPEKAN belakangan ini, sejumlah perempuan muda didapati bunuh diri. Mulai dari mahasiswi Unnes, NJW (20) yang terjun dari lantai 4 Mal Paragon Semarang, Selasa (10/10). Masih di Semarang, mahasiswi Udinus, EB (24) juga bunuh diri dalam kamar kos, Rabu (11/10).

Sementara di Kota Lubuklinggau, mahasiswi STIKES berinisial HA (24), didapati tewas dalam indekosannya, Rabu (11/10). Bukannya bunuh diri. Tapi dia meninggal dunia akibat pendarahan hebat, usai aborsi sendiri bayi dari hasil hubungannya dengan sang pacar.

BACA JUGA:Begini Kondisi Pendi Setelah Hilang Selama Sepekan, Kondisinya Sudah Membusuk dalam Kebun Karet

Terbaru di Kota Palembang, seorang ibu dua anak nyaris bunuh diri dari tangga Jembatan Ampera, Sabtu (14/10).  Menurut pengamat sosial dari Sumsel, Dr Andries Lionardo MSi, fenomena bunuh diri berawal dari individu bersangkutan yang mengalami masalah sosial.

Seperti konflik atau kesalahpahaman dengan keluarga, teman kerja/kelompok, kekasih, atau masalah keuangan. "Hal itu juga disebabkan perubahan pergeseran lingkungan budaya dan ekonomi di era digital saat ini," ujarnya, kemarin.

Tingkat pendidikan dan harapan orang tua, memiliki hubungan yang erat dengan fenomena bunuh diri. Terutama bagi korbannya yang masih sekolah atau kuliah. “Yang paling utama adalah pendidikan agama sejak dini kepada anak-anak, agar lebih dekat dengan Allah Swt,” tuturnya.

  Sementara menurut Psikolog  RSUD Siti Fatimah Az-Zahra, Syarkoni SPsi MPsi, ada banyak faktor yang membuat pelaku berbuat demikian. Pemasalahan individu dengan lingkungan di luar dirinya ini.

BACA JUGA:Menhub BKS Sanggupi Tambah Rute Feeder LRT Sumsel, ke Mana saja…

“Misalkan dengan teman sepergaulan, dengan keluarga, dengan lingkungan pendidikan, dengan lingkungan pekerjaannya, dengan situasi yang terjadi di lingkungan, dan dengan kemajuan teknologi dan informasi," katanya.

Tinggal permasalahan itu bersumber dari mana. Kalau misalkan melakukan tindakan bunuh diri, terkait faktor individu dalam dirinya, bisa saja yang bersangkutan bermasalah dengan kebutuhan dan permasalahan hidup. “Sehingga muncul gejolak dalam dirinya yang diawali suatu persepsi bahwa dirinya orang yang tidak berguna, lemah dan tidak punya harapan,” ulasnya. 

Hal tersebut, bisa memunculkan pikiran untuk mengakhiri hidup sebagai bentuk soslusi menyelesaikan masalah. “Nah itu kalau secara psikologis, masuk dalam kategori diagnosis depresi," ujarnya.

Kemudian terkait hubungan dengan teman, pasangan dan pacar ataupun individu lain yang bermacam latar belakangnya, juga bisa terjadi juga suatu permasalahan. “Misalkan hubungan terlarang mahasiswa dengan dosen, teman,” paparnya.

Memang wanita seringkali menjadi korban, karena secara alamiah wanita berbeda karakteristiknya dengan laki laki. "Wanita itu insan yang lemah lembut, penurut, sehingga terkadang wanita sering menjadi objek sasaran korban. Meski tidak bisa juga kita menyatakan yang salah 100 persen adalah laki laki," pungkasnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan