Digital Seaport Satukan Pelabuhan

 

Kinerja Pelindo “Terbang Tinggi”

Menteri BUMN, Erick Thohir sempat mengungkapkan merger PT Pelindo menjadi langkah penting meningkatkan efektivitas dan kepelabuhanan nasional. Salah satu fokus utama pasca merger yaitu transformasi operasional melalui standardisasi dan sistemisasi pelabuhan, ditunjang peningkatkan kapabilitas SDM dan transformasi proses bisnis.

Dan kini, setelah 2 tahun penggabungan, hasil transformasi itu terlihat. Tercermin dari peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Di tahun 2022, Pelindo mampu meraih laba bersih Rp3,9 triliun (audited) secara year on year (yoy), naik 23 persen dibanding 2021 sebesar Rp3,2 triliun dan 2020 Rp3 triliun. Di 2023, laba bersih ditarget Rp3,81 triliun.

“Penggabungan Pelindo menciptakan sinergi antar entitas dalam Pelindo Grup sehingga pengelolaan pelabuhan dapat dilakukan secara tersentralisasi dan optimal. Kombinasi kinerja yang solid membuat Pelindo berhasil mencatat peningkatan kinerja,” ujar Direktur Utama PT Pelindo (Persero), Arif Suhartono dalam keterangannya.

Tak hanya itu, kontribusi Pelindo bagi Negara juga meningkat mencapai Rp7,2 triliun, lebih tinggi 54 persen dibanding 2021 Rp4,7 triliun. Meliputi setoran dividen, PNBP, konsesi, PPH, PPN, dan PBB. Capaian positif ini didukung kinerja operasional seperti arus peti kemas tahun 2022 mencapai 17,2 juta TEUS dan arus barang 160 juta ton. Lalu arus kapal keluar masuk pelabuhan mencapai 1,2 miliar GT dan arus penumpang 15 juta orang.

“Pengelolaan tersentralisasi merupakan kunci peningkatan kinerja operasional. Hal ini membuat Pelindo memiliki kendali strategis sehingga memudahkan melakukan transformasi layanan operasi end-to-end seperti menciptakan standardisasi sistem layanan operasional pelabuhan yang sebelumnya berbeda-beda antar pelabuhan,” bebernya.

Tak heran pada Juni 2023, Pelindo kemudian menerima pengkinian peringkat dari Moody’s dan Fitch Ratings, masing-masing Baa2 (Stable Outlook) dan BBB (Stable Outlook), setara rating pemerintah Indonesia. Peringkat ini menandakan Pelindo masuk kategori investment grade risiko moderat.

Pasca merger, Moody’s menilai Perseroan memiliki posisi kompetitif lebih kuat karena memberikan layanan pelabuhan yang terintegrasi. Sementara Fitch Ratings menilai Pelindo menjadi market-leading port operator di Indonesia dengan risiko kompetisi rendah.

Saat ini Pelindo mengoperasikan lebih dari 120 pelabuhan di 32 provinsi Indonesia. Dengan 4 subholding yaitu Subholding Terminal Petikemas (SPTP), Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT), SPJM, dan Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL).

Junior Manager Perencanaan, Pengendalian, dan Operasi Umum PT Pelindo Regional 2 Palembang, Dody Nata Irawan menambahkan standardisasi itu sebagai contoh penerapan Phinnisi, STID, Sistem Monitoring Tenaga Kerja Bongkar Muat (Simon TKBM) di Pelabuhan Boom Baru.

“Kita juga telah memangkas birokrasi pelayanan di pelabuhan dengan menerapkan SSmQC (single submission quarantine customs) dimana pemeriksaan karantina dan pemberitahuan impor barang antara Bea Cukai dan Karantina terpadu di satu lokasi,” ujarnya.

Sebelum merger pemeriksaan barang masih terpisah-pisah, standardisasi belum ada. Setelah bongkar, kontainer tak langsung dibawa tapi ditumpuk dulu menunggu pemeriksaan. “Sekarang kita siapkan fasilitas kantor terpadunya. Di sana ada Bea Cukai, karantina ikan dan tumbuhan jadi satu. Petugasnya stand by,” tuturnya. Penerapan SSmQC memangkas gerakan barang di pelabuhan dari 11 gerakan menjadi 3 gerakan.

SSmQC juga mengefisiensi waktu pemeriksaan, mempercepat cargo stay sehingga mengurangi biaya logistik 60% dari tarif storage (penumpukan) peti kemas per hari, mempersingkat port stay, dwelling time, mencegah pungli. “Satu kapal bisa memuat 300 kontainer 20-40 feet. Dari Palembang umumnya barang ekspor seperti crumb rubber (karet), kelapa, polywood. Barang impor rata-rata dari Tiongkok misalnya perkakas mekanik, elektronik, alat industri, mesin. Dan barang domestik ada semen dan pupuk,” rincinya.

Total periode Januari-Agustus 2023, kunjungan kapal luar negeri ke Pelabuhan Boom Baru 560 unit, sedangkan kapal dalam negeri 4.028 unit. Jumlah itu meningkat dibanding periode sama 2022 masing-masing 544 unit dan 3.192 unit kapal.

Untuk sistem operasional terminal, lanjut Dody, Pelabuhan Boom Baru menggunakan OPUS di TPK dan NPK-TOS di terminal konvensional. Sistem aplikasi ini mengatur perencanaan muatan, bongkat muat barang, hingga pembayaran non tunai. Ke depan sebagai wujud standardisasi operasional SPMT, pihaknya juga akan menggunakan PTOS-M dan TOS Nusantara. “Aplikasi ini dikembangkan oleh Pusat, penerapannya bertahap. Tapi PTOS-M kemungkinan launching tahun ini di Boom Baru,” pungkasnya. (fad)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan