Ajak Petani Pro-Organik

Andalkan Bahan-Bahan Alami

INDRALAYA - Meminimalisi ketergantungan penggunaan pupuk dan pestisida organik, petani khususnya di sektor pangan pokok terus diarahkan untuk lebih mengedepankan penggunaan organik ketimbang kimia. Salah satunya melalui program Sekolah Lapang mendukung  Gerakan Tani Pro-Organik (Genta). Ogan Ilir, jadi salah satu dari tiga kabupaten di Sumsel yang menjalani program tersebut. Dipusatkan di Desa Pematang Bungur Kecamatan Pemulutan Selatan.
"Sekolah lapang genta organik ini Insya Allah acaranya akan peresmian 4 Oktober mendatang. Kemungkinan nanti akan dihadiri dari kementerian," ujar Aprianto, Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Pemulutan Selatan.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk. Petani didorong agar dapat menggunakan pupuk organik dan hayati secara mandiri dan masif. Dikatakan, salah satu cara memperbaiki kesuburan tanah adalah mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Dengan demikian, produksi pertanian dapat ditingkatkan dan pencemaran lingkungan bisa ditekan.
‘’Mulai dari persemaian sampai panen menggunakan bahan organik. Seperti pupuk organik, insektisida organik dan semuanya organik," jelas Aprianto.
Namun, bukan berarti meninggalkan penggunaan pupuk anorganik sepenuhnya. Melainkan boleh menggunakan pupuk kimia dengan ketentuan tidak berlebihan atau menggunakan konsep pemupukan berimbang. Melalui Sekolah Lapang, tematik Pertanian Organik akan menjadi tempat pembelajaran petani. Mengembangkan sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami. Sehingga dapat mengimplementasikan dan menerapkannya secara mandiri di lahan usaha taninya.
‘’Untuk program ini sudah kami mulai dari Februari 2023. Jadi, sebelum mereka tanam, mereka diajari membuat pupuk, insektisida dengan bahan-bahan yang ada di sekitar," tukasnya.
Dikatakannya, setelah diajarkan membuat pupuk dan insektisida organik, petani diharapkan dapat membuat sendiri. Sebagai cara untuk menyiasati harga pupuk dan insektisida yang mahal saat ini. ‘’Sejauh ini, beberapa yang diajarkan ke petani adalah bagaimana cara membuat pupuk kompos, pupuk sekam dan PGPR akar bambu putri malu,’’ katanya. (dik/)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan