Tahan Penyakit, Produksi Lebih Banyak

Uji Pengubinan, Hasilkan 8,1 Ton per Hektare

INDRALAYA - Pengubinan yang dilakukan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Indralaya Selatan di tiga lahan kelompok tani menunjukkan perkiraan hasil produksi yang jauh berbeda. Pengubinan pada lahan sawah dilakukan untuk menghitung secara cepat dan sederhana hasil panen produk pertanian. Pengubinan dilakukan di Desa Arisan Gading, Kecamatan Indralaya Selatan. Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) wilayah binaan Desa Arisan Gading, Elliana menjelaskan, teknik pengubinan tidak hanya berlaku untuk padi, tapi bisa juga jenis tanaman yang lain. Teknik ini paling umum digunakan untuk memperkirakan prediksi hasil gabah dalam luasan 1 hamparan atau 1 hektare.
"Kali ini lahan sawah di 3 kelompok tani yang dilakukan pengubinan di Desa Arisan Gading. Di antaranya kelompok Gading Tani, Bengkal Jaya I dan Bengkal Jaya II," tukasnya.
Waktu pengambilan ubinan yang baik adalah dilakukan di atas jam 11.30 WIB. Karena akan mendapatkan hasil dengan tingkat gabah kering giling (GKP) panen yang serendah mungkin.
‘’Sehingga kadar air dalam butir padi tersebut rendah pula,’’ katanya.
Setelah dilakukan perhitungan, tiap lahan menunjukkan perbedaan produksi hingga 1 ton. Dimulai dari Kelompok Gading Tani menggunakan padi varietas Mikongga dengan hasil ubinan 4,9 ton/ha. Kemudian Kelompok Bengkal Jaya I dengan padi varietas Mikongga mendapatkan hasil ubinan 5,7 ton/ha. Lalu, Kelompok Bengkal Jaya II dengan padi varietas Inpari 32 mendapatkan hasil ubinan 8,1 ton/ha. "Kelompok Bengkal Jaya II mendapatkan hasil paling tinggi yang mencapai 8,1 ton/ha dengan menggunakan varietas padi Inpari 32.
Berbeda dengan kelompok Bengkal Jaya I dan Gading Tani yang menggunakan varietas Mikongga," jelasnya.
Selain cara perawatan, jenis varietas dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) padi sawah juga menjadi faktor menurunnya produksi padi di lahan pertanian. ‘’Serangan berbagai hama seperti tikus, penggerek batang, wereng batang coklat/WBC, blas, bacterial leaf blight/BLB,’’ katanya. Selain itu kelemahan padi mekongga, lanjutnya, terletak pada batang pohon padi yang mudah roboh. Apalagi memasuki musim penghujan, serta jumlah anakan padi mekongga yang cenderung sedikit. ‘’Sedangkan padi varietas Inpari 32 punya keunggulan tahan penyakit dan potensi hasil 8-10 ton per hektare,’’ katanya. (dik/)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan