Hati-Hati, Pelaku Kekerasan Orang Terdekat
PALEMBANG - Modus kekerasan anak dan perempuan saat ini kian beragam. Orang tua diimbau lebih waspada, karena kejahatan seksual kian marak. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Palembang, mencatat ada 25 kasus kekerasan anak di tahun 2022.
Kasus tersebut meliputi kekerasan fisik 7 kasus, psikis 4 kasus, penelantaran anak 1 kasus, perbuatan cabul 6 kasus, kekerasan seksual 5 kasus, dan sodomi 2 kasus. "Kejahatan seksual kepada anak sering terjadi secara halus, bahkan dilakukan orang terdekat," kata Hasnil Mazraah, Kabid Perlindungan Anak DP3APM Kota Palembang, kemarin.
Kenapa orang dekat, menurutnya sang anak bermain tak jauh dari lingkungan keluarga dan rumah, bukan seperti orang dewasa yang ada. Pasti pelaku orang terdekat, bila anak mengalami kekerasan seksual. Orang terdekatlah yang memiliki akses dengan anak. "Kalau orang luar tentu anak pasti langsung berlari dan takut," ucapnya.
Memang aksi fedofil ini merupakan penyakit sosial akibat pengaruh konsumsi narkoba, ditambah pelaku mendapatkan kesempatan. "Haruslah dilakukan pencegahan dari orang tua," tegasnya. Dengan cara anak dikenalkan alat produksi yang tak boleh disentuh orang. Selalu menutup aurat dan mengganti pakaian tak sembarang tempat. "Ini penting agar pelaku tak terangsang dan memiliki kesempatan," ucapnya.
Sementara kasus kekerasan perempuan tercatat ada 27 kasus di tahun 2022. Meliputi kekerasan fisik 1 kasus, seksual 9 kasus, penelantaran 3 kasus, KDRT 12 kasus, serta hak asuh anak 2 kasus. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Provinsi Sumsel, Henny Yulianti SIP MM melalui Kasi Perlindungan Khusus Anak, Bariyanti juga mengatakan pelaku kejahatan seksual pada anak kebanyakan pelakunya orang terdekat.
Lantaran anak mau berinteraksi hanya kepada orang dikenalnya. Kondisi inilah, kerap kali dimanfaat pelaku melancarkan perbuatan senonohnya. "Korban seksual anak telah berani melaporkannya kepada pihak berwajib" ungkapnya. Bukanlah kasusnya meningkat, namun seluruh kasus terkuak sekarang ini.
"Kalau dulu kan kasus seksual sangat aib dan malu. Lalu mereka tak berani melapor dan diam saja," jelasnya. Kebanyakan pelaku sodomi itu, pelaku pernah menjadi korban sodomi sebelumnya. Lalu mereka penasaran dan dendam melakukan sodomi itu. Maka itulah orang tua harus mengawasi anak dengan ketat. Baik mainnya, pergaulan, serta HP yang dibukanya. (yud/fad)