https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Galakkan Perkebunan Alternatif

*Harga Pinang Naik Lagi

MURATARA, SUMATERAEKSPRES.ID -  Saat ini, harga buah pinang alami peningkatan di pasaran lokal.

Untuk buah pinang basah dihargai Rp9 ribu per kg dan biji buah pinang kering bisa tembus Rp25 ribu per kg.

Sebelumnya, harga buah pinang muda berkisar Rp6 ribu dan harga buah pinang kering berksar Rp17 ribu/kg.

Banyaknya permintaan pasar terkait buah pinang dan pohon pinang, membuat pasar pinang lokal semakin eksis di masyarakat.

Bahkan, buah pinang laku keras dan banyak diburu pengepul di pasaran lokal.

Neni,  pengepul buah pinang lokal di Muratara mengaku, banyak permintaan warga terkait pohon pinang yang sering dijadikan acara untuk 17 agustusan.

‘’Tak hanya harga pohon pinang yang naik, permintaan buah pinang pun tinggi,’’ katanya.

Selain di Muratara banyak juga daerah lain yang penghasil pinang. Seperti PALI, Empat Lawang, Linggau, Musi Rawas dan Curup.

‘’Komoditas buah pinang sangat menjanjikan karena harganya tinggi dan jarang jatuh di pasaran. Hanya saja minat masyarakat berkebun pinang masih rendah. Padahal harga buah pinang tinggi," timpalnya.

Pihaknya berharap, pemerintah daerah melirik potensi ini untuk dikembangkan di wilayah Muratara. ‘’Buah pinang ini dicari untuk bahan membuat batik, bahan kosmetik dan obat-obatan.

Jadi yang minat banyak sedangkan produksinya sedikit, potensinya cukup bagus di pasaran," katanya.

Naiknya harga buah pinang, lanjutnya, akibat beberapa faktor. Mulai dari kenaikan BBM, cost anggaran, hingga meningkatnya penjualan pohon pinang untuk 17 Agustusan.

‘’Kalau musim 17 Agustusan banyak yang nyari batang pinang, sedangkan penghasilnya sedikit. Makanya harga naik," timpalnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Muratara Ade Mairi mengatakan, cukup banyak perkebunan alternatif yang bisa dijadikan contoh ekonomi kreatif,

seperti perkebunan pinang, jeruk dan lainnya. "Warga bisa menanami pinang di sela-sela kebun.

Saat harga perkebunan inti jatuh, mereka bisa mengandalkan tambahan dari tanaman sampingan tadi," bebernya.

Untuk  mengatasi ketergantungan masyarakat khususnya di Muratara terhadap dua komoditas unggulan karet dan sawit,

mereka sudah memberikan sejumlah perhatian terhadap para petani untuk pengelolaan perkebunan alternatif.

"Perkebunan pinang sangat cocok harganya cukup tinggi, dan kita kemarin sudah berikan pelatihan ke kelompok tani untuk menggalakkan perkebunan alternatif di Muratara," tutupnya.(zul)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan