DAS OKUS Rusak-Kritis

*Tak Ada Upaya Konservasi

Penggundulan hutan dan pembukaan area pertambangan secara masif jadi salah satu penyebab bencana banjir di OKUS, Lahat, dan Lubuklinggau. Ahli Tata Kelola Air dan Hidrologi Universitas Sriwijaya (Unsri), Dr Momon Sidik Imanudin SP MSc menyebut, secara topografi OKUS wilayahnya dominan berbukit-bukit.
“Dulunya lebat ditutupi hutan sekunder yang masih lestari dan hijau. Daya serap air yang masih tinggi. Sekarang sebagian sudah terbuka. Ditanami jagung dan sawit,” bebernya.
Dampaknya, terjadi peningkatan aliran permukaan sampai 100 kali lipat. BACA JUGA : Update Info Banjir Bandang OKU Selatan: Korban Bertambah jadi 6 Orang, 3 Hanyut Bersama Rumahnya Akibatnya, air yang seharusnya sampai ke sungai butuh tiga hari, sekarang hanya hitungan jam. “Itulah makanya terjadi banjir bandang di perkampungam,” jelas Momon. Dosen Pertanian Unsri ini menjelaskan, seharusnya lereng dengan kemiringan 15 sampai 45 persen ke atas tidak boleh dibuka untuk perkebunan atau pertanian. “Kalau kemiringan 15 persen, harus ada konservasi dengan sistem terasiring. Di sana belum ada sistem teras atau upaya konservasi,” imbuhnya. Kata Momon, pemda jangan hanya mau meningkatkan produksi jagung, tapi tidak ada usaha konservasi. “Bukit-bukit itu harus dibuat teras dulu, bantaran sungai harus dibiarkan hijau. Jangan dibuka,” terang Momon. Dia mengatakan, lima tahun terakhir ini secara bombastis ada penanaman jagung di wilayah perbukitan. BACA JUGA : Firasat, Tinggalkan Rumah sebelum Banjir “Risikonya rentan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. DAS di OKU Selatan itu sudah rusak, sudah kritis,” jelasnya. Momon menyarankan perlunya penanganan darurat. “Silakan mau ditanam karet, kayu manis atau semacamnya untuk mencegah erosi. Duit masih bisa dapat dan dari segi konservasi juga masuk,” tuturnya. Guru Besar bidang Ilmu Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsri, Prof Dr Ir Dinar Dwi Anugerah Putranto MSPJ menambahkan, sungai di OKUS dan Lubuklinggau masuk dalam aliran DAS Endikat.
“Bencana banjir karena rusaknya konservasi hutan di wilayah perbukitan OKUS berdampak pada area rendah di Lubuklinggau,”  jelasnya.
Menurut dia, 50-60 persen lahan di OKUS kritis.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan