Produksi Sampah Sehari 1.000 Ton
PALEMBANG - Sungai Musi harus menjadi perhatian bersama, sebab berdasarkan data Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DLHK) Kota Palembang,
ada sebanyak 91 ton sampah setiap harinya diangkut dari Sungai Musi.
Kepala DLHK Kota Palembang, Ahmad Mustain, menjelaskan setiap hari di Palembang ini ada sekitar 1.000 ton sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.
“Berdasarkan yang kami angkut selama ini, khusus dari Sungai Musi itu sekitar 91 ton per hari,” katanya, kemarin.
Menurutnya, sampah itu didominasi sampah rumah tangga berupa micro plastic dan sisa makanan. Selain itu Sungai Musi tercemar oleh limbah bahan kimia.
“Tidak semua sampah yang dihasilkan masyarakat masuk ke tempat pembuangan akhir.
Masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran membuang sampah pada tempatnya," tegasnya.
Apalagi, kata dia, masyarakat yang tinggal di daerah pinggir sungai masih banyak yang cenderung melempar sampah ke sungai.
Meskipun dari Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang sering melakukan gotong royong, namun esoknya sampah menumpuk kembali.
"Jadi ya, susah juga kalau masyarakat begitu,” jelasnya.
Namun, Mustain menegaskan pihaknya akan terus melakukan edukasi dan imbauan mengajak masyarakat hidup bersih, sehat, dan sadar untuk menjaga Sungai Musi agar tetap bersih.
“Kami tidak akan berhenti membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masing-masing dan tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke Sungai Musi,” jelas Mustain.
Pemkot Palembang juga akan terus melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Palembang untuk komitmen menjaga Sungai Musi.
Harapannya ada perusahaan yang bisa menyediakan kapal interceptor yang bisa mengangkut sampah di perairan.
“Jika kita memiliki ini maka sampah Sungai Musi bisa teratasi,” kata dia.
Mengingat Sungai Musi adalah wajah Kota Palembang. Tak hanya sebagai sumber bahan baku air minum, Sungai Musi juga menjadi sarana transportasi, sumber mata pencaharian,
hingga destinasi wisata. Namun ternyata, kondisi Sungai Musi sangat memprihatinkan lantaran tercemar dengan limbah sampah yang dibuang masyarakat.