Ajari Anak untuk Bersyukur

*Butuh Perhatian Keluarga-Sekolah

Banyak pihak prihatin dengan siswa di Musi Rawas yang bunuh diri karena diduga depresi setelah berpulangnya sang ayah. Salah satunya dari Prof Dr Momon Sidik Imanuddin. Guru Besar Fakultas Pertanian Unsri ini mengatakan, kasus ini harus disikapi serius.

"Jangan dibiarkan berlarut-larut karena dikhawatirkan bisa menjadi preseden buruk bagi dunia pendidikan. Apalagi di zaman media sosial seperti saat ini,” katanya.

Menurutnya, informasi baik yang buruk maupun yang baik mudah sekali menyebar. Untuk menekan kasus seperti ini, ajarkan anak bersyukur dan menghargai kehidupan.

"Bersyukur dengan kondisi yang terjadi pada kita. Jangan mudah frustrasi karena kita hidup untuk mencari bekal akhirat. Jangan disia-siakan," bebernya.

Selain itu, jika ada masalah sebaiknya pelajar jangan sungkan untuk konsultasi. "Di sekolah kan ada tenaga konseling atau guru BP. Jika kita berkonsultasi tentu beban dalam diri kita akan berkurang, " kata dia. Terpenting, lakukan pendekatan agama. Sebelum pelajaran dimulai ajak para siswa untuk berdoa.

"Lalu sebelum pulang ajak mereka salat berjemaah. Karena dengan salat selain mendekatkan diri pada sang pencipta juga akan menjauhkan kita dari perbuatan buruk, " tandas Momon. Rasa prihatin juga diungkap Sekretaris PGRI Provinsi Sumsel, Drs H Lukman Haris MSi.

“Prihatin kalau memang anak itu depresi lalu bunuh diri,” katanya. Menurut Lukman, pihak keluarga dan sekolah seharusnya berikan perhatian khusus kepada almarhum. “Kehilangan orang tua (ayah) mungkin jadi beban pemikiran almarhum,” katanya. Pihak sekolah hendaknya berikan semangat kepada almarhum agar tegar menghadapi musibah. “Di sekolah kan ada guru BK, wali kelas, Wakasek Kesiswaan dan lainnya. Semuanya dapat membantu," tandas dia. Keprihatinan juga diungkap para orang tua yang mendapatkan informasi itu. “Mungkin berat sekali beban anak itu. Tapi harusnya keluarga bisa mendeteksi. Kalau agamanya bagus dan dapat perhatian, mungkin tidak sampai ambil keputusan bunuh diri,” ucap Diah, seorang ibu rumah tangga. (*/sms)