Sosialisasi Gula Rafinasi

PALEMBANG - Guna mendorong daya saing produk UMKM dan memperbesar market gula rafinasi di Sumsel, Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) mengajak UMKM di Sumsel ngobrol bareng di Hotel Wyndham, kemarin. Dalam acara itu tutur diperkenalkan gula yang memiliki kemurnian lebih tinggi. Ketua Umum AGRI, Edy Putra Irawady, mengatakan, potensi market gula rafinasi di Sumsel sangat tinggi. Apalagi Sumsel punya banyak industri makanan dan minuman (mamin), sehingga pihaknya gelar kegiatan ini untuk memperkenalkan gula rafinasi. Selain itu, pihaknya juga ingin melihat berapa banyak kuota atau kebutuhan  di Sumsel untuk industri mamin. "Dari sana diketahui berapa kebutuhan  dan market yang bisa digali," katanya, kemarin. Menurutnya, industri mamin terutama rumah tangga sangat banyak dan potensial. Pasalnya, mereka punya produk yang baik dengan pemasaran juga cukup baik. Hanya saja, saat mereka kunjungan kebanyakan menggunakan pemanis buatan. Padahal gula ini tidak bagus untuk kesehatan. Sebaliknya gula rafinasi sehat karena  ini dari hasil proses fisika bukan proses kimia dan tingkat kemurnian lebih tinggi.

"Paling penting secara harga sangat kompetitif yang bisa meningkatkan daya saing industri," papar dia.
Namun, masih kata dia, pelaku UMKM ini banyak yang tidak tahu mengenai gula rafinasi. Maka pihaknya ingin sosialisasi mengenai  ini agar UMKM di Sumsel dapat bersaing dengan UMKM skala nasional maupun internasional lainnya. Ia mencontohkan, UMKM yang menggunakan gula GKR ini produknya mampu bertahan tiga hari sedangkan jika menggunakan gula rafinasi ini bisa tahan satu pekan.
"Ini karena proses  dan pemurnian lebih lama sehingga bakteri yang merusak makanan bisa diminimalisir," papar dia.
Selain sosialisasi, masih kata dia, Agri melakukan identifikasi gula yang dipakai UMKM. mulai dari kuantiti (jumlah) berapa, keperluan dan biaya. Setelah didapatkan, pihaknya bisa membangun ekosistem pembiayaan dan distribusi yang dilakukan oleh dua lembaga yakni koperasi dan pusat pengadaan bahan baku industri. "Untuk distribusi gula ini hanya dilakukan oleh koperasi dan pusat pengadaan.
Para UMKM ini pun bisa membayar bertahap (berutang) sehingga sangat membantu pelaku usaha," tegasnya.
Direktur Eksekutif AGRI Gloria Guida Manalu menambahkan gula ini sudah dipasarkan ke UMKM sejak 2017 melalui distributor, namun belum banyak dikenal padahal gula rafinasi dapat digunakan pelaku UMKM termasuk industri rumah tangga. Dengan begitu, mereka bisa bersaing dan bisa naik kelas.
"Tidak dijual bebas karena hanya diperuntukkan untuk industri mamin dan ini juga sebagai bagian untuk melindungi petani tebu dalam negeri mengingat bahan baku gula ini impor," cetusnya.
Ia menambahkan secara nasional saat ini sudah ada 10 koperasi seluruh Indonesia. Total kuota nasional  ini untuk UMKM mencapai 350 ribu ton dalam setahun walaupun serapan hanya 50 persen dari kuota. Artinya masih banyak kuota gula rafinasi yang bisa diserap oleh pelaku usaha. "Banyak hal kenapa gula rafinasi belum bisa terserap salah satunya kehadiran koperasi yang belum berjalan maksimal, maka penyerapan agak rendah," tegasnya. Maka, kata dia, dengan adanya sosialisasi dan ngobrol bareng ini gula rafinasi diharapkan bisa diserap industri di Sumsel sehingga UMKM dapat bersaing dan permintaan gula rafinasi dari industri mamin meningkat. (yun/fad)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan