PUASA RAMADAN DAN TARBIYAH ISLAMIYAH
Dr. Paizaluddin Baihaqy, S.Ag., M.Pd.I, (Dekan Fakultas Ushuluddin IAIQI Indralaya dan Dosen FITK UIN Raden Fatah Palembang)--
SUMATERAEKSPRES.ID - Bulan Ramadan menghidangkan berbagai sajian yang lezat bagi ruhani manusia. Hidangan lezat inilah yang mendorong umat Islam penuh gairah untuk menikmatinya.
Gegap gempita umat Islam melakukan rangkaian ibadah Ramadan mulai dari rumah-rumah hingga ke mushallah-mushallah dan masjid-masjid dalam rangka menikmati hidangan ruhani yang lezat di bulan Ramadan ini.
BACA JUGA:Amalia Malam Nishfu Syakban Disenangi Para Ulama Salaf
BACA JUGA:Hikmah Salat pada Awal Waktu Dengan Kesehatan
Berbagai menu hidangan, misalnya pelaksanaan puasa itu sendiri, ibadah sahur, shalat tarawih (qiamul lail), tadarus Al-Qur’an, shadaqah, zikir dan shalawat serta berbagai rangkaian ibadah di bulan Ramadan lainnya.
Selanjutnya dibalik hidangan Ramadan yang lezat ini sesungguhnya terkandung nilai-nilai tarbiyah islamiyah (pendidikan Islam) yang luar biasa.
Kata “tarbiyah” yang sering disebut dalam Al-Qur’an berarti “pendidikan”, sedangkan kata “islamiyah”yang berarti perilaku atau kepribadian yang sesuai ajaran Islam.
Dengan demikian “tarbiyah islamiyah” secara bahasa berarti “pendidikan Islam”. Namun secara istilah “tarbiyah islamiyah” berarti: “proses mempersiapkan orang dengan persiapan yang menyentuh seluruh aspek kehidupannya, yaitu meliputi jasmani, ruhani, dan akal pikiran sehingga manusia dapat menjalani kehidupan dunia dan kehidupan akhiratnya dengan memperoleh ridho Allah Swt.
Setelah digali lebih dalam, ternyata nilai-nilai “tarbiyah islamiyah” ini banyak sekali yang terkandung dalam hikmah puasa Ramadan.
Berbagaitarbiyah islamiyah ini terlihat dalam tuntunanibadah puasa Ramadanyang sesungguhnya mengajarkan kepada orang-orang yang berpuasa tentang upaya memuasakan anggota tubuh yang lain selain perut.
Pada umumnya orang awam puasa dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, berhubungan suami istri di siang hari dan hal-hal lain yang bisa membatalkan puasa dari sejak mulai nampak fajar hingga tergelincir matahari di senja hari.
Kemudian untuk memperoleh tarbiyah islamiyah, maka menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya 'Ulumuddin,seseorang harus menaikkan lagi level puasanya dari puasa umum (awam) ke level puasa khusus (khowas) yakni memuasakan seluruh panca indera manusia, yakni puasa mata, puasa telinga, puasa lisan, puasa penciuman, dan puasa indera perasa.
Bahkan level tertinggi dalam puasa itu adalah orang beriman diharapkan mampu memuasakan akal pikiran dan hawa nafsunya dari hal-hal yang berhubungan dengan duniawiyah (level puasa khowasul khowas).
Ibnu Qayyim al-Jauziyah (lahir di Damaskus 691H) dalam kitabManhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, al-Kautsar, 2001, menyebutkan bahwa salah satu kunci keberhasilan pendidikan yang dibina oleh Rasulullah saw adalah dengan menerapkan tarbiyah islamiyah,antara lain yaitu: tarbiyah imaniyah, ruhiyah dan fikriyah.
