https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Amalia Malam Nishfu Syakban Disenangi Para Ulama Salaf

Oleh : Dr. H. Syarif Husain, S.Ag M.Si Dosen/Widyaiswara BDK Palembang-foto: ist-

SUMATERAEKSPRES.ID - Pada malam Nishfu Syakban, sebagian besar kaum muslimin banyak yang melakukan kegiatan. Ada yang diisi dengan kegiatan salat sunnah mutlaq, salat sunnah tasbih. Ada juga yang diisi dengan pembacaan al-Qur’an dengan mengambil (membaca) surat yang berjuluk hatinya al-Qur’an (Surat Yasiin).

Dengan banyaknya kaum muslimin yang mengisi malam Nishfu Syakban dengan berbagai kegiatan tersebut, kita harus mengetahui amaliah Nishfu Syakban dilihat dari landasan historisnya. Kemudian sejak kapan dan siapa tokoh ulamanya yang mensyiarkan malam Nishfu Syakban tersebut.

Mengenai puasa sunnah di bulan Syakban tidak diragukan lagi tentang keshahihannya, bahwa Rasulullah SAW, paling banyak melakukan 2 puasa sunah itu di bulan Syakban. Berdasarkan hadits riwayat Imam Nasa’i bahwa Rasulullah SAW, menjawab pertanyaan Usamah bin Zaid yang bertanya mengapa Rasulullah banyak puasa sunnah di bulan Syakban. 

Rasulullah SAW menjawab bahwa bulan Syaban itu tidak banyak diperhatikan atau dengan kata lain banyak dilupakan dan dilalaikan umat, karena bulan Syaban itu bulan terjepit antara bulan syahrullah Rajab dengan bulan suci Ramadan. Sabda beliau, bulan Syakban adalah bulan diangkatnya segala amal diangkat kepada Allah SWT dan beliau senang apabila amaliahnya diangkat pada saat beliau sedang berpuasa. Adapun mengenai amaliah khusus di malam Nishfu Sya’ban dapat digali dari beberapa keterangan berikut ini.

BACA JUGA:Pahami 7 Ayat Al Quran tentang Perintah Berbakti kepada Orang Tua

BACA JUGA:Sultan Palembang Serahkan Al Quran Bebaso ke SMA Negeri 6 untuk Melestarikan Budaya, Ini yang Dia Ungkapkan!

Pertama, dalam kitab al-Mawahib al-Laduniyah, yang disusun oleh Imam al-Qasthalani. Beliau adalah ulama yang menyusun dan pensyarah kitab shahih Bukhari. Beliau berkebangsaan Mesir yang mempunyai nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Malik al-Qasthalani. Beliau ulama yang bermadzhab Imam Syafi’ie yang lahir tahun 850 H dan wafat tahun 923 H.

 Beliau menjelaskan bahwa permulaan diadakannya peringatan malam Nisfu Syakban dengan diisi berbagai kegiatan rohani adalah dimulai dari generasi tabi’in yang berada di tanah Syam. Saat penyelenggaraan Nisfu Syakban tersebut menjadi ramai dan viral, lalu bermunculanlah berbagai pendapat dan pandangan, termasuk ulamaulama Hijaz banyak yang mengingkarinya bahkan membid’ahkannya, dan yang termasuk wilayah hijaz adalah Madinah. 

Ulama yang bernama Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki memberikan nasihat agar pada malam Nisfu Syakban kaum muslimin memperbanyak doa memohon ampunan. Mengasihi orang yang minta dikasihi, membantu orang yang meminta dibantu. Melapangkan penderitaan orang yang sedang dilanda kesempitan. Menggembirakan orang yang dilanda kesedihan, membahagiakan orang yang dilanda nestapa.

Menurut Nashiruddin al-Bani, serorang ulama yang berpredikat korektor hadits, mengatakan bahwa hadits ini kriterianya lemah atau dha’if, akan tetapi tidak maudhu (tidak palsu). Maka tidak ada salahnya bagi kaum muslimin untuk lebih banyak meningkatkan doa kepada Allah SWT, memohon rahmat dan ampunan-Nya, dan bukan hanya di malam Nisfu Syakban saja, akan tetapi di malam-malam lain.

BACA JUGA:Khataman 30 Juz Bersama Santri Penghapal Quran

BACA JUGA:Revitalisasi Masjid dan Bayt Al Quran

Hanya saja lebih ditingkatkan kualitas dan kwantitasnya pada malam-malam istimewa seperti pada malam Nisfu Syakban. Perihal ini merujuk kepada salah satu riwayat, bahwa Ali bin Abi Thalib senang sekali meningkatkan ibadah pada  empat malam istimewa dalam satu tahun. Yakni malam pertama di bulan Rajab, malam Idul fitri malam Idul Adha dan malam Nisfu Sya’ban. 

Disebutkan bahwa pada malam-malam tersebut Sayidina Ali bin Abi Thalib memperbanyak doa. Keterangan ini dikutip dari kitab al-Ghuniyah yang disusun oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Kaum muslimin rahimakumullah, Kemudian yang kedua, diisi dengan kegiatan dzikrullah dengan dimulai istighfar, membaca berulang-ulang dua kalimah syahadat dan dzikir-dzikir tauhid seperti, tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Melanjutkan dan menyikapi pendapat Syekh Muhammad bin Alawi, bahwa dua kalimat syahadat merupakan kalimat-kalimat mulia dan sangat baik dibaca kapan pun dan dimana pun, terlebih lagi pada malam Nisfu Sya’ban. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan